NPM : 18511135
Kelas : 3PA05
KOMUNIKASI
DALAM MANAJEMEN
A.
Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari kata
Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi
miliknya.
Definisi komunikasi menurut beberapa
tokoh ialah :
a.
Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman
simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan
respons/makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh
komunikator
b. Bernard Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb
b. Bernard Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb
c.
Colin Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan
informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan
hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Jadi dari beberapa pengertian yang
dijelaskan oleh tokoh – tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses menyortir, memilih atau mentrasmisi informasi yang berupa gagasan,
emosi, keterampilan dengan menggunakan simbol – simbol, kata – kata, gambar,
grafis, angka untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan
hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
B.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi diawali oleh
sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha
berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
a.
Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation
yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan.
Ideation
ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan.
b.
Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah
encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud
kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan
informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang
lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan
gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal
seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.
c.
Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah
penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan
kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui
suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah
channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap
muka, radio dan telepon.
Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi
setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi
kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP
(overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi
dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima
seperti yang dikehendaki.
d.
Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika
pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang
pendengar yang baik, karena
jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses
ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi
terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding)
merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran
penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami
suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
e.
Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik
yang memungkinkan sumber mempertimbangkan
kembali pesan yang telah
disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima
terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun
tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut
ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan
untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.
Model komunikasi yang paling
sederhana adalah adanya pengirim, berita (pesan) dan penerima seperti gambar
berikut ini : Model ini menunjukkan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu
unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh seorang dapat
mengirimkan pesan, tetapi bila tidak ada yang menerima atau yang mendengar,
komunikasi tidak akan terjadi. Model komunikasi yang terperinci, dengan
unsur-unsur penting dalam suatu organisasi yaitu :
1. Sumber mempunyai gagasan,
pemikiran atau kesan yang
2. diterjemahkan atau disandikan
ke dalam kata-kata dan symbol-simbol, kemudian
3. disampaikan atau dikirimkan
sebagai pesan kepada penerima
4. penerima menangkap
symbol-simbol dan
5. diterjemahkan kembali atau
diartikan kembali menjadi suatu gagasan dan
6. mengirimkan
berbagai bentuk umpan balik kepada pengirim
C.
Hambatan Komunikasi
Didalam komunikasi selalu ada
hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga
komunikasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti
dengan jelas oleh penerima pesan. Ada beberapa hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif , yaitu :
1.
Status Effect
Adanya perbedaaan
pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan
status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang
diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan
aspirasinya atau pendapatnya.
2.
Semantic Problem
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar
memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan
dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding)
atau penafsiran (misinterpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai
menjadi keledai dan lain-lain.
3.
Perceptual Distortion
Perceptual distorsion dapat
disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan
perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain.
Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara
pandang antara satu dengan yang lainnya
4.
Cultural Differences
Hambatan
yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial.
Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda.
Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.
Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh,
tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini
disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan
atau petir, dan cahaya yang kurang jelas
6.
Poor choice of communication channels
Adalah gangguan
yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang
terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada
pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak
dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.
No Feed back
Hambatan tersebut adalah
seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan
tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang
sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang
ditujukan
kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak
memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan
seorang manajer.
D.
Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
Banyak faktor yang mempengaruhi efektvitas komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
pembuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas
hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu Hardjana (2003)
dalam Suranto (2011).
Berdasarkan definisi
tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif
apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu pesan yang dapat diterima dan
dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator, ditindak-lanjuti
dengan perbuatan secara sukarela, dan meningkatkan kualitas hubungan antar
pribadi.
A. Pengertian yang sama
terhadap makna pesan
Salah satu indikator
yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi dikatakan efektif, adalah
apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang
diterima oleh komunikan.
Pada tataran empiris,
seringkali terjadi mis komunikasi yang disebabkan oleh karena komunikan
memahami makna pesan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
B. Melaksanakan pesan
secara suka rela
Indikator komunikasi
interpersonal yang efektif berikutnya adalah bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan
perbuatan dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator dan
komunikan memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan. Komunikasi
interpersonal yang baik dan berlangsung dalam kedudukan yang setara (tidak
superior-inferior) sangat diperlukan agar kedua belah pihak menceritakan dan
mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela, jujur, tanpa merasa takut.
Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang nyaman, harmonis, dan bukan
sebagai suasana yang tertekan. Dengan demikian
seberapa baik seseorang
melakukan komunikasi dan interaksi antarpersona dengan orang lain, dapat
dilihat dari bagaian dia mampu mencapai tujuan komunikasi secara sehat dan
adil, bagaimana ia memberdayakan orang lain, dan bagaimana ia mampu menjaga
perasaan dan harga diri orang lain.
C. Meningkatkan kualitas
hubungan antarpribadi
Efektivitas dalam
komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif
terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang
saling berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga
merasa perlu untuk memelihara hubungan antarpribadi. Seringkali orang tidak
menyadari pentingnya masalah interaksi antarmanusia, karena sebagian orang
beranggapan bahwa yang terpenting adalah modal kekuasaan dan modal material.
Kalau dua modal itu berada ditangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan
berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam
komunikasi interpersonal merupakan aset yang penting dalam hubungan
bermasyarakat. Banyak orang yang menjadi sukses karena mereka memiliki hubungan
yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas yang positif
kepada orang lain sehingga mereka memiliki image
yang baik dimata masyarakat. Dengan demikian, mereka memiliki kesempatan lebih
untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik.
Menurut Suranto (2011)
Komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika komunikan memahami pesan komunikator dengan benar, dan
memberikan respon sesuai dengan yang komunikator inginkan.
E. Komunikasi
Interpersonal Dalam Organisasi
A. Componential
Definisi
bedasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh salah satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
B.
Situational
Situasional merupakan
pendekatan yang sangat efektif, untuk meningkatkan kreatifitas seorang manajer
dalam menghadapi suatu masalah tergantung situasi yang dihadapi. Gaya
kepemimpinan situasional adalah perilaku dan gaya kepemimpinan bersifat
situasional. Dimana pimpinan atau seorang manajer harus menyesuaikan responnya
menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan karyawan, serta memberikan
sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat sosioemosional. Gaya
kepemimpinan ini mempunyai manfaat, yaitu pengambilan keputusan cepat, dapat
memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan
bagi bawahan. Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan
mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain atau bawahan agar melakukan tindakan-tindakan
yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Daftar
Pustaka
4. http://fahmulamiq.students.uii.ac.id/komunikasi-dalam-management/
6.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/komunikasi-interpersonal-definisi.html