Senin, 08 April 2013

TUGAS 1 : KESEHATAN MENTAL

Nama : Chaerunnisa Utami
NPM : 18511135
Kelas : 2PA05

1. Konsep kesehatan menurut dimensi : emosi, intelektual, sosial, fisik, spiritual
2. Perkembangan kepribadian menurut tokoh : Freud , Erikson , Allport

                                                          PEMBAHASAN




1. Dimensi Kesehatan Mental
            Kesehatan mental merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, dengan masyarakat dan dengan lingkungan dimana ia tinggal. Dapat didefinisikan kesehatan mental merupakan terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Kesehatan bukan hanya sekedar sehat fisik dan mental, tetapi juga berasal dari beberapa sudut pandang atau konsep-konsep yang mempengaruhinya.
a. Dimensi Emosi
            Kecerdasan emosi dapat dikatakan istilah yang mampu menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan hidup manusia. Emosi yang terstruktur dengan baik akan memiliki kemampuan untuk merasakan, memahami, mengarahkan emosi sehingga dapat dimanage secara proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup, musibah dan perlawanan orang lain. Kecerdasan emosi bukanlah kecerdasan statis yang diperoleh dari ‘warisan’ orang tua seperti IQ. Cerdas tidaknya emosi seseorang tergantung pada proses pembelajaran, pengasahan, dan pelatihan yang dilakukan sepanjang hayat. Seseorang yang belum memiliki kecerdasan emosi biasanya akan mudah mengalami gangguan kejiwaan atau paling tidak kurang dapat mengendalikan emosinya, dan mudah larut dalam kesedihan apabila mengalami kegagalan. Kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Dalam kesehatan mental kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi kecerdasan emosinya. Emosi sangat mempengaruhi manusia dalam mengambil keputusan. Tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasionalnya. Sesungguhnya kesehatan mental, ketentraman jiwa atau kecerdasan emosi tidak banyak bergantung oleh faktor-faktor luar  seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, akan tetapi lebih bergantung kepada cara dan sikap dalam menghadapi faktor-faktor tersebut.
b. Dimensi Intelektual
            Kemampuan belajar dan menggunakan informasi secara efektif antar-personal, keluarga, dan pengembangan karir. Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk terus-menerus tumbuh dan belajar beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan bagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.
c. Dimensi Sosial
            Dalam dimensi ini, seseorang lebih terlihat mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.
d. Dimensi Fisik
            Dimensi fisik merupakan aspek tepenting untuk melihat kondisi seseorang sehat atau tidak. Disini dilihat dari kebugaran fisik, apakah ia menjaga kesehatannya atau tidak, dengan ia berpola makan sehat menjaga dari makanan yang buruk, serta dimensi ini menekankan pada keadaan jasmani seseorang.
e. Dimensi Spiritual
            Dimensi spiritual juga merupakan bagian dari aspek penting kesehatan mental seseorang. Spiritual yang sehat terlihat dari cara seseorang mengekpresikan syukur, pujian, kepercayaan terhadap Tuhan. Dengan kata lain, spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dengan aturan yang dianutnya.


2. Teori Perkembangan Kepribadian Menurut Tokoh
A. Sigmund Freud
            Sigmund Freud kemungkinan lahir tanggal 6 Maret atau 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia, yang kini jadi bagian dari Republik Ceko. Semenjak awal masa remaja, Freud jelas-jelas bermimpi membuat penemuan yang monumental dan meraih ketenaran. Salah satu teori yang terkenal dari seorang Sigmund Freud adalah Psikoanalisa. Dalam pandangan Psikoanalisa, Freud menjelaskan banyak penelitiannya mengenai apa saja yang mempengaruhi kepribadian seseorang.
1. Tingkat Kehidupan Mental
            Sumbangan terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya kedalam dunia tidak sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak disadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkatan yakni alam sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar dibagi menjadi dua tingkat yaitu alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
a. Alam Tidak Sadar
            Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Baginya, alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slips of the tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression). Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Hukuman dan tekanan ini sering kali menciptakan perasaan cemas, dan kecemasan tersebut kemudian memicu represi, yaitu dorongan agar pengalaman yang tidak diinginkan serta membawa kecemasan masuk alam tidak sadar yang melindungi kita dari rasa sakit akibat kecemasan tersebut. Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian dari alam tidak sadar kita berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita yang diwariskan dari generasi ke generasi lewat proses pengulangan. Ia menyebut warisan gambaran tidak sadar tersebut sebagai peninggalan filogenetis.
b. Alam Bawah Sadar
            Alam bawah sadar (praconscious) ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk kedalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi.

c. Alam Sadar
            Alam sadar (conscious), yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem kesadaran perseptual, yaitu terbuka pada dunia luat dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar. Sumber kedua bagi elemen sadar ini datang dari struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
2. Wilayah Pikiran
a. Id
            Id tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan sehingga kita menyebutkan sebagai prinsip kesenangan (pleasure principle). Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id ini tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar id beroperasi berdasarkan proses pertama (primary process). Oleh karena id menggunakan kacamata kuda dalam upayanya memenuhi prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan proses sekunder (secondary process), yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia luar. Fungsi proses sekunder ini dijalankan oleh ego.
b. Superego
            Prinsip-prinsip moralistis dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dam prinsip realitas dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal penting—superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis. Superego memiliki dua subsistem, suara hati (conscience) dan ego ideal. Suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya diakukan.
c. Ego
            Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle) yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Pada saat menjalankan fungsi kognitif dan intelektual, ego harus menimbang-nimbang antara sederetan tuntutan id yang tidak masuk akal dan saling bertentangan dengan superego. Ego terus-menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id serta superego dengan tuntutan realistis dari dunia luar.
3. Proses Mental Tidak Sadar
            Kebanyakan ilmuwan dan filsuf mengakui dua bentuk kesadaran yang berbeda. Pertama adalah kondisi tidak sadar atau tidak terjaga dan kedua adalah kondisi sadar. Kondisi tidak sadar disebut sebagai “kesadaran inti” sementara kondisi sadar disebut sebagai “kesadaran yang diperluas”. Batang otak dan sistem yang mengaktivasinya secara khusus merupakan bagian dari otak yang secara langsung terkait dengan kesadaran inti atau ketidaksadaran dalam arti kondisi terjaga.
            Tema utama dari psikologi kognitif selama dua puluh tahun terakhir adalah fenomena proses mental tidak sadar atau apa yang disebut sebagai pikiran dan ingatan yang “implisit”, “tidak sadar”, atau otomatis. Melalui istilah-istilah ini, psikolog kognitif menjelaskan tentang proses mental yang tidak berada pada kesadaran, tetapi tidak juga berada dibawah kendali kesadaran dan hal ini mendekati apa yang disebut oleh Freud sebagai ketidaksadaran. Tentu saja konsep Freud tentang ketidaksadaran lebih dinamis, represif juga menghalang-halangi, tetapi kognitif juga ternyata mengungkapkan ketidaksadaran yang serupa.
B. Erik Erikson
            Erik Erikson lahir pada tanggal 15 Juni 1902, di Selatan Jerman. Erikson dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya, namun ia tetap tidak tahu pasti identitas ayah kandungnya.
1. Ego dalam Teori Pasca Aliran Freud
            Erikson menyatakan bahwa ego kita adalah kekuatan positif yang menciptakan jati diri, rasa “Saya” sebagai pusat kepribadian kita, ego menolong kita untuk beradaptasi dengan beragam konflik dan krisis dalam hidup dan menjaga kita agar tidak kehilangan individualitas pada kekuatan yang meningkat pada masyarakat.
            Erikson memperkenalkan tiga aspek ego yang saling berhubungan. Pertama adalah ego tubuh yang mengacu pada pengalaman-pengalaman dengan tubuh kita, yaitu cara memandang fisik diri kita sebagai sesuat yang berbeda dengan orang lain. Kedua ego ideal, mewakili gambaran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dibandingkan dengan apa dicapai diri ideal. Ketiga adalah ego identitas yaitu gambaran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dalam ragam peran sosial yang kita mainkan.
2. Prinsip Epigenetik
            Erikson percaya bahwa ego berkembang melalui beragam tahap kehidupan menurut prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik menyiratkan pertumbuhan langkah demi langkah dari organ janin. Dengan cara yang sama ego mengikuti perkembangan epigenetik, dengan tiap tahapan berkembang pada waktu yang seharusnya. Satu tahapan mncul dari dan dibangun berdasarkan tahapan sebelumnya, namun tidak menggantikan tahapan sebelumnya.
3. Tahapan Perkembangan
            Pemahaman akan delapan tahapan perkembangan psikoseksual Erikson membutukan pemahaman terhadap beberapa point penting. Pertama, pertumbuhan terjadi berdasarkan prinsip epigenetik. Kedua, didalam setiap tahapan kehidupan terdapat interaksi berlawanan. Ketiga, ditiap tahapan konflik antara elemen distonik dan sintonik menghasilkan kualitas ego dan kekuatan ego yang disebut kekuatan dasar. Keempat terlalu sedikitnya kekuatan pada satu tahap mengakibatkan patologi inti (core pathology) pada tahap tersebut. Kelima, walaupun Erikson mengacu pada kedelapan tahapannya sebagai tahapan psikososial (psychosocial stages), ia tidak pernah meninggalkan aspek biologi dalam perkembangan manusia. Keenam, peristiwa-peristiwa ditahapan sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan kepribadian selanjutnya. Ketujuh, selama tiap tahapan khususnya sejak remaja dan selanjutnya, perkembangan kepribadian ditandai krisis identitas. Delapan tahapan psikososial Erikson ditandai dengan sebuah “vs” (versus) yang memisahkan elemen sintonik dan distonik yang menandakan tidak hanya hubungan antitesis, namun juga hubungan komplementer.
a. Basic Trust vs Mistrust
            Hubungan interpersonal bayi yang paling signifikan adalah dengan pengasuh utama mereka, biasanya ibu mereka. Rasa percaya dan tidak percaya adalah pengalaman yang tak terelakkan bagi bayi. Semua bayi yang bertahan hidup telah diberi makan dan dirawat, oleh karena itu beralasan untuk mempercayai. Sebaliknya, bayi yang merasakan frustasi karena rasa sakit, lapar, dan tidak nyaman beralasan untuk tidak mempercayai.
b. Autonomy vs Shame and Doubt
            Organ-organ tubuh masa usia ini sudah lebih masak dan terkoordinasi. Anak dapat melakukan aktivitas secara lebih meluas dan bervariasi oleh karena itu konflik yang dihadapi anak dalam tahap ini adalah perasaan mandiri vs rasa malu dan ragu-ragu. Pengakuan, pujian serta dorongan akan menimbulkan perasaan rasa percaya diri, memperkuat egonya. Bila yang terjadi sebaliknya, makan akan berkembang perasaan ragu-ragu.
c. Initiative vs Guilt
            Bila pada tahap sebelumnya anak mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka ia akan berani mengambil inisatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri. Apabila pada tahap sebelumnya ia mengembangkan perasaan ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah.
d. Industry vs Inferiority
            Konflik yang dihadapi pada tahap ini adalah perasaan sebagai seseorang yang mampu vs perasaan rendah diri. Bila kemampuan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan dihargai, maka akan berkembang rasa bergairah untuk untuk terus lebih produktif. Sedang bila sebaliknya yang dialami anak, maka akan timbul perasaan rendah diri.
e. Indentity vs Indentity Confusion
            Konflik yang dihadapi adalah perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran. Bila ia berhasil melalui tahap-tahap sebelumnya, maka ia akan menemukan dirinya. Bila sebaliknya yang terjadi ia akan merasakan kekaburan peran.
f. Intimacy vs Isolation
            Individu sudah mulai mencari-cari pasangan hidup. Oleh karena itu konflik yang dihadapi adalah kesiapan untuk berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan terkuat. Seseorang yang berhasil membagi kasih sayang dan perhatian dengan orang lain akan mendapatkan perasaan kemesraan dan keintiman. Sedang yang tidak dapat membagi kasih akan merasa terasing.
g. Generativity vs Self-absorbtion
            Krisis yang dihadapi individu pada masa ini adanya tuntutan untuk membantu orang lain diluar keluarganya, pengabdian masyarakat dan manusia pada umunya. Pengalaman dimasa lalu dapat menyebabkan individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan, khususnya bagi generasi yang akan datang. Tetapi bila pada tahap-tahap sebelumnya yang silam memperoleh banyak pengalaman negatif maka ia mungkin terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
h. Ego Integrity vs Despair
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakannya dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4. Siklus Hidup
            Siklus kehidupan Erikson terangkum dari kedelapan tahapan ditandai oleh gaya psikoseksual dan krisis psikososial. Krisis psikososial dipicu oleh konflik antara elemen sintonik yang dominan dengan elemen distonik antitesisnya. Tiap kekuatan dasar memiliki antipati yang mendasarinya menjadi patologi inti pada tahapan tersebut. Manusia memiliki radius hubungan signifikan yang selalu meningkat, dimulai dengan seseorang yang keibuan dimasa bayi dan diakhiri dengan identifikasi terhadap semua umat manusia selama masa usia lanjut.
            Kepribadian selalu berkembang selama periode sejarah tertentu dan dalam masyarakat, walaupun demikian. Erikson pecaya bahwa kedelapan tahapan perkembangan ini melalmpaui kronologi dan geografi serta cocok untuk hampir semua kultur, baik dimasa lampau ataupun sekarang.
C. Allport
            Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897, di Montezuna, Idiana sebagai anak keempat dan anak bungsu laki-laki dari pasangan John. E. Allport dan Nellie Wise Allport.
            Gordon Allport menenkankan pada keunikan individual. Ia yakin bahwa upaya mendeskripsikan manusia dalam bentuk sifat yang umum, merampas keunikan individual mereka.
1. Kepribadian menurut Allport
            Allport mendefiniskan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Definisi yang komprehensif Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah produk dan proses. Manusia mempunyai struktur organisasi, sementara pada saat yang bersamaan, mereka memproses kemampuan untuk berubah.
2. Struktur Kepribadian
            Menurut Allport, struktur terpenting adalah yang dapat mendeskripsikan orang tersebut dalam konteks karakteristik individual yang disebutnya sebagai disposisi personal.
a. Disposisi Personal
            Sifat umum adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh banyak orang. Sementara sifat umum sangat penting untuk kajian perbandingan antar manusia. Disposisi personal memiliki tingkat kepentingan sekunder bagi orang tersebut.
1. Disposisi Pokok, beberapa orang mempunyai karakteristik yang sangat kuat atau emosi kuat yang bersifat mengatur atau sangat menonjol, sehingga hal tersebut mendominasi hidup orang-orang tersebut. Disposisi ini sangat jelas terlihat sehingga tidak dapat disembunyikan, hampir setiap tindakan dalam hidup seseorang berkutat di sekitar disposisi pokok.
2. Disposisi Sentral, hanya sedikit orang yang mempunyai disposisi pokok, namun semua orang mempunyai beberapa disposisi sentral yang mencakup 5-10 karakteristik paling menonjol dimana hidup seseorang terfokus disekitarnya.
3. Disposisi Sekunder, tidak sejelas disposisi sental namun lebih banyak dalam kuantitas. Semua orang memiliki disposisi sekunder yang tidak krusial bagi kepribadian, namun sering muncul dan bertanggung jawab atas perilaku spesifik seseorang.
b. Proprium
            Allport menggunakan istilah proprium untuk merujuk perilaku dan karakteristik yang dianggap manusia sebagai sesuatu yang penting, sentral, dan hangat dalam kehidupan mereka. Proprium bukanlah keseluruhan dari kepribadian, karena banyak dari perilaku dan karakteristik seseorang yang tidak hangat ataupun sentral, malah berada pada bagian perifer kepribadian. Proprium mencakup nilai-nilai seseorang, sebagaimana bagian kesadaran yang bersifat pribadi dan konsisten dengan keyakinan pribadi yang matang. Kesadaran yang tergeneralisasi mungkin hanya berada dibagian perifer dari rasa seseorang atas dirinya, sehingga berada diluar proprium orang tersebut.
c. Motivasi
            Kebanyakan orang termotivasi oleh dorongan yang dirasakannya daripada bagian kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, serta menyadari apa yang mereka lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka melakukannya. Teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antara motif sekunder dan usaha kuat yang bersifat sentral. Motif sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar tekanan, sementara usaha kuat yang bersifat sentral adalah untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi disekuilibrium.
d. Kajian tentang Individual
            Oleh karena psikologi secara historis telah berkutat dengan teori dan karakteristik umum yang dimiliki seseorang. Allport telah berulang kali memperkenalkan perkembangan dan penggunaan dari metode penelitian yang mengkaji individu. Untuk mengimbangi pendekatan yang bersifat normatif ataupun kelompok. Ia menyarankan psikolog untuk menggunakan metode yang mempelajari perilaku motivasi dan ekspresif dari seseorang.
e. Ilmu Pengetahuan Morfogenik
            Istilah “Idiografik” dan “Morfogenik” sama-sama berkaitan dengan individual, tetapi Idiografik tidak membahas mengenai struktur ataupun pola-pola. Sebaliknya Morfogenik merujuk pada atribut yang terpola dari organisme secara keseluruhan, yang dapat mengakomodasi perbandingan intrapersonal. Pola atau struktur dari disposisi personal seseorang sangat penting. Contoh, Tyrone mungkin saja cerdas, introver, dan sangat termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi, namun ciri khas ketika kecerdasannya berhubungan dengan introversion dan setiap kebutuhan prestasi, membentuk suatu pola terstruktur. Pola individual ini adalah inti pembahasan ilmu pengetahuan morfogenik

                                                                     KESIMPULAN 



Kesehatan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang atau dimensi memberikan pengertian dan penjelasan maisng-masing. Setiap sudut pandang tersebut memiliki inti dari cakupan seluruh pengertian .
a. Dimensi Emosi : Yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental pula yang menentukan tanggapan seseorang terhadap persoalan dan kemampuannya dalam menyesuaikan diri. Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas putus asa, pesimis karena orang tersebut dapat menerima hidupnya dengan tenang dan wajar.
b. Dimensi Intelektual : Sehat dalam dimensi intelektual dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pengetahuan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
c. Dimensi Sosial : Dalam dimensi sosial sehat berarti memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup.
d. Dimensi Fisik : Mengarah pada kesehatan jasmani, secara fisiologis yaitu semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh
e. Dimensi Spiritual : Sehat secara spiritual merupakan keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan yang dianutnya. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. 

Daftar Pustaka :

1. Feist,J & Feist, G.J . 1998. Teori Kepribadian jilid 1. Jakarta : Salemba Humanika
2. Feist, J & Feist, G.J.1998. Teori Kepribadian jilid 2. Jakarta : Salemba Humanika
3. Riyanti, Dwi dkk. 1996. Psikologi Umum 1 . Jakarta : Universitas Gunadarma
4. Wade,C & Tavris,C. 2007. Psikologi Edisi ke-9. Jakarta : Erlangga
7. http://www.psychologymania.com