NPM : 18511135
Kelas : 2PA05
1. Konsep kesehatan menurut dimensi : emosi, intelektual, sosial, fisik, spiritual
2. Perkembangan kepribadian menurut tokoh : Freud , Erikson , Allport
PEMBAHASAN
1. Dimensi
Kesehatan Mental
Kesehatan
mental merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang
lain, dengan masyarakat dan dengan lingkungan dimana ia tinggal. Dapat
didefinisikan kesehatan mental merupakan terwujudnya keharmonisan antara
fungsi-fungsi jiwa serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa
yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Kesehatan
bukan hanya sekedar sehat fisik dan mental, tetapi juga berasal dari beberapa
sudut pandang atau konsep-konsep yang mempengaruhinya.
a. Dimensi Emosi
Kecerdasan emosi dapat dikatakan
istilah yang mampu menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya
penting bagi keberhasilan hidup manusia. Emosi yang terstruktur dengan baik
akan memiliki kemampuan untuk merasakan, memahami, mengarahkan emosi sehingga
dapat dimanage secara proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup,
musibah dan perlawanan orang lain. Kecerdasan emosi bukanlah kecerdasan statis
yang diperoleh dari ‘warisan’ orang tua seperti IQ. Cerdas tidaknya emosi
seseorang tergantung pada proses pembelajaran, pengasahan, dan pelatihan yang
dilakukan sepanjang hayat. Seseorang yang belum memiliki kecerdasan emosi
biasanya akan mudah mengalami gangguan kejiwaan atau paling tidak kurang dapat
mengendalikan emosinya, dan mudah larut dalam kesedihan apabila mengalami
kegagalan. Kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan
menahan diri. Dalam kesehatan mental kemampuan mengendalikan emosi dan menahan
diri disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi
kecerdasan emosinya. Emosi sangat mempengaruhi manusia dalam mengambil
keputusan. Tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari
pemikiran rasionalnya. Sesungguhnya kesehatan mental, ketentraman jiwa atau
kecerdasan emosi tidak banyak bergantung oleh faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi lebih bergantung kepada cara dan sikap dalam menghadapi faktor-faktor
tersebut.
b. Dimensi Intelektual
Kemampuan belajar dan menggunakan
informasi secara efektif antar-personal, keluarga, dan pengembangan karir.
Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk terus-menerus tumbuh dan belajar
beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru. Tidak semua orang mengalami
kesehatan intelektual secara utuh karena sehat secara intelektual merupakan
bagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan dan latihan.
c. Dimensi Sosial
Dalam dimensi ini, seseorang lebih
terlihat mengalami kepekaan sosial yang tinggi, ia sehat dalam kerangka sosial
bermasyarakat, seperti mudah bergaul, mudah beradaptasi, tidak mengalami krisis
identitas, merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat dalam dimensi sosial.
d. Dimensi Fisik
Dimensi fisik merupakan aspek
tepenting untuk melihat kondisi seseorang sehat atau tidak. Disini dilihat dari
kebugaran fisik, apakah ia menjaga kesehatannya atau tidak, dengan ia berpola
makan sehat menjaga dari makanan yang buruk, serta dimensi ini menekankan pada
keadaan jasmani seseorang.
e. Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual juga merupakan
bagian dari aspek penting kesehatan mental seseorang. Spiritual yang sehat
terlihat dari cara seseorang mengekpresikan syukur, pujian, kepercayaan
terhadap Tuhan. Dengan kata lain, spiritual adalah keadaan dimana seseorang
menjalankan ibadah dengan aturan yang dianutnya.
2. Teori
Perkembangan Kepribadian Menurut Tokoh
A. Sigmund Freud
Sigmund Freud kemungkinan lahir
tanggal 6 Maret atau 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia, yang kini jadi bagian dari
Republik Ceko. Semenjak awal masa remaja, Freud jelas-jelas bermimpi membuat
penemuan yang monumental dan meraih ketenaran. Salah satu teori yang terkenal
dari seorang Sigmund Freud adalah Psikoanalisa. Dalam pandangan Psikoanalisa,
Freud menjelaskan banyak penelitiannya mengenai apa saja yang mempengaruhi
kepribadian seseorang.
1. Tingkat Kehidupan Mental
Sumbangan terbesar Freud pada teori
kepribadian adalah eksplorasinya kedalam dunia tidak sadar dan keyakinannya
bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang belum atau tidak
disadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkatan yakni alam
sadar dan alam tidak sadar. Alam tidak sadar dibagi menjadi dua tingkat yaitu
alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
a. Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala
dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata
mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Baginya, alam tidak sadar
merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap (slips of the tongue), dan berbagai jenis
lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Hukuman dan tekanan
ini sering kali menciptakan perasaan cemas, dan kecemasan tersebut kemudian
memicu represi, yaitu dorongan agar pengalaman yang tidak diinginkan serta
membawa kecemasan masuk alam tidak sadar yang melindungi kita dari rasa sakit
akibat kecemasan tersebut. Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut
muncul dari represi pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian
dari alam tidak sadar kita berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita
yang diwariskan dari generasi ke generasi lewat proses pengulangan. Ia menyebut
warisan gambaran tidak sadar tersebut sebagai peninggalan filogenetis.
b. Alam Bawah Sadar
Alam
bawah sadar (praconscious) ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi
bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar
ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious
perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat,
akan segera masuk kedalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke
pemikiran lain. Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak
sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan
masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi.
c. Alam Sadar
Alam sadar (conscious), yang memainkan peran tak berarti dalam teori
psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat
berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang
bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar
bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama adalah melalui sistem kesadaran
perseptual, yaitu terbuka pada dunia luat dan berfungsi sebagai perantara bagi
persepsi kita tentang stimulus dari luar. Sumber kedua bagi elemen sadar ini
datang dari struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang
datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas,
tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
2. Wilayah Pikiran
a. Id
Id tak punya kontak dengan dunia
nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan
hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk
memperoleh kepuasan sehingga kita menyebutkan sebagai prinsip kesenangan (pleasure
principle). Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari
kesenangan, id ini tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling
bertentangan satu dengan lainnya. Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar
id beroperasi berdasarkan proses pertama (primary
process). Oleh karena id menggunakan kacamata kuda dalam upayanya memenuhi
prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan
proses sekunder (secondary process),
yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia luar. Fungsi proses sekunder ini
dijalankan oleh ego.
b. Superego
Prinsip-prinsip moralistis dan
idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dam prinsip realitas
dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber
energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu hal
penting—superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan superego
akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis. Superego memiliki dua subsistem,
suara hati (conscience) dan ego ideal.
Suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku
yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak
dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan
atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya
diakukan.
c. Ego
Ego adalah satu-satunya wilayah
pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi
dan menjadi satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia
luar. Ego dikendalikan oleh prinsip
kenyataan (reality principle)
yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Pada saat menjalankan
fungsi kognitif dan intelektual, ego harus menimbang-nimbang antara sederetan
tuntutan id yang tidak masuk akal dan saling bertentangan dengan superego. Ego
terus-menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id
serta superego dengan tuntutan realistis dari dunia luar.
3. Proses Mental Tidak Sadar
Kebanyakan ilmuwan dan filsuf
mengakui dua bentuk kesadaran yang berbeda. Pertama adalah kondisi tidak sadar
atau tidak terjaga dan kedua adalah kondisi sadar. Kondisi tidak sadar disebut
sebagai “kesadaran inti” sementara kondisi sadar disebut sebagai “kesadaran
yang diperluas”. Batang otak dan sistem yang mengaktivasinya secara khusus
merupakan bagian dari otak yang secara langsung terkait dengan kesadaran inti
atau ketidaksadaran dalam arti kondisi terjaga.
Tema utama dari psikologi kognitif
selama dua puluh tahun terakhir adalah fenomena proses mental tidak sadar atau
apa yang disebut sebagai pikiran dan ingatan yang “implisit”, “tidak sadar”,
atau otomatis. Melalui istilah-istilah ini, psikolog kognitif menjelaskan
tentang proses mental yang tidak berada pada kesadaran, tetapi tidak juga
berada dibawah kendali kesadaran dan hal ini mendekati apa yang disebut oleh
Freud sebagai ketidaksadaran. Tentu saja konsep Freud tentang ketidaksadaran
lebih dinamis, represif juga menghalang-halangi, tetapi kognitif juga ternyata
mengungkapkan ketidaksadaran yang serupa.
B. Erik Erikson
Erik Erikson lahir pada tanggal 15
Juni 1902, di Selatan Jerman. Erikson dibesarkan oleh ibu dan ayah tirinya,
namun ia tetap tidak tahu pasti identitas ayah kandungnya.
1. Ego dalam Teori Pasca Aliran
Freud
Erikson menyatakan bahwa ego kita
adalah kekuatan positif yang menciptakan jati diri, rasa “Saya” sebagai pusat
kepribadian kita, ego menolong kita untuk beradaptasi dengan beragam konflik
dan krisis dalam hidup dan menjaga kita agar tidak kehilangan individualitas
pada kekuatan yang meningkat pada masyarakat.
Erikson memperkenalkan tiga aspek
ego yang saling berhubungan. Pertama adalah ego
tubuh yang mengacu pada pengalaman-pengalaman dengan tubuh kita, yaitu cara
memandang fisik diri kita sebagai sesuat yang berbeda dengan orang lain. Kedua ego ideal, mewakili gambaran yang kita
miliki terhadap diri kita sendiri dibandingkan dengan apa dicapai diri ideal.
Ketiga adalah ego identitas yaitu
gambaran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dalam ragam peran sosial
yang kita mainkan.
2. Prinsip Epigenetik
Erikson percaya bahwa ego berkembang
melalui beragam tahap kehidupan menurut prinsip
epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik
menyiratkan pertumbuhan langkah demi langkah dari organ janin. Dengan cara yang
sama ego mengikuti perkembangan epigenetik, dengan tiap tahapan berkembang pada
waktu yang seharusnya. Satu tahapan mncul dari dan dibangun berdasarkan tahapan
sebelumnya, namun tidak menggantikan tahapan sebelumnya.
3. Tahapan Perkembangan
Pemahaman akan delapan tahapan
perkembangan psikoseksual Erikson membutukan pemahaman terhadap beberapa point
penting. Pertama, pertumbuhan terjadi
berdasarkan prinsip epigenetik. Kedua,
didalam setiap tahapan kehidupan terdapat interaksi berlawanan. Ketiga, ditiap tahapan konflik antara
elemen distonik dan sintonik menghasilkan kualitas ego dan kekuatan ego yang
disebut kekuatan dasar. Keempat terlalu sedikitnya kekuatan pada
satu tahap mengakibatkan patologi inti (core pathology) pada tahap tersebut. Kelima, walaupun Erikson mengacu pada
kedelapan tahapannya sebagai tahapan psikososial (psychosocial stages), ia
tidak pernah meninggalkan aspek biologi dalam perkembangan manusia. Keenam, peristiwa-peristiwa ditahapan
sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan kepribadian selanjutnya. Ketujuh, selama tiap tahapan khususnya
sejak remaja dan selanjutnya, perkembangan kepribadian ditandai krisis
identitas. Delapan tahapan psikososial Erikson ditandai dengan sebuah “vs”
(versus) yang memisahkan elemen sintonik dan distonik yang menandakan tidak
hanya hubungan antitesis, namun juga hubungan komplementer.
a. Basic Trust vs Mistrust
Hubungan interpersonal bayi yang
paling signifikan adalah dengan pengasuh utama mereka, biasanya ibu mereka.
Rasa percaya dan tidak percaya adalah pengalaman yang tak terelakkan bagi bayi.
Semua bayi yang bertahan hidup telah diberi makan dan dirawat, oleh karena itu
beralasan untuk mempercayai. Sebaliknya, bayi yang merasakan frustasi karena
rasa sakit, lapar, dan tidak nyaman beralasan untuk tidak mempercayai.
b. Autonomy vs Shame and Doubt
Organ-organ tubuh masa usia ini
sudah lebih masak dan terkoordinasi. Anak dapat melakukan aktivitas secara
lebih meluas dan bervariasi oleh karena itu konflik yang dihadapi anak dalam
tahap ini adalah perasaan mandiri vs rasa malu dan ragu-ragu. Pengakuan, pujian
serta dorongan akan menimbulkan perasaan rasa percaya diri, memperkuat egonya.
Bila yang terjadi sebaliknya, makan akan berkembang perasaan ragu-ragu.
c. Initiative vs Guilt
Bila pada tahap sebelumnya anak
mengembangkan perasaan percaya diri dan mandiri, maka ia akan berani mengambil
inisatif, yaitu perasaan bebas untuk melakukan segala sesuatu atas kehendak
sendiri. Apabila pada tahap sebelumnya ia mengembangkan perasaan ragu-ragu,
maka ia akan selalu merasa bersalah.
d. Industry vs Inferiority
Konflik yang dihadapi pada tahap ini
adalah perasaan sebagai seseorang yang mampu vs perasaan rendah diri. Bila
kemampuan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan dihargai, maka akan
berkembang rasa bergairah untuk untuk terus lebih produktif. Sedang bila
sebaliknya yang dialami anak, maka akan timbul perasaan rendah diri.
e. Indentity vs Indentity Confusion
Konflik yang dihadapi adalah
perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran. Bila ia berhasil melalui
tahap-tahap sebelumnya, maka ia akan menemukan dirinya. Bila sebaliknya yang
terjadi ia akan merasakan kekaburan peran.
f. Intimacy vs Isolation
Individu sudah mulai mencari-cari
pasangan hidup. Oleh karena itu konflik yang dihadapi adalah kesiapan untuk
berhubungan secara akrab dengan orang lain vs perasaan terkuat. Seseorang yang
berhasil membagi kasih sayang dan perhatian dengan orang lain akan mendapatkan
perasaan kemesraan dan keintiman. Sedang yang tidak dapat membagi kasih akan
merasa terasing.
g. Generativity vs Self-absorbtion
Krisis yang dihadapi individu pada
masa ini adanya tuntutan untuk membantu orang lain diluar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umunya. Pengalaman dimasa lalu dapat menyebabkan
individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan, khususnya bagi generasi yang
akan datang. Tetapi bila pada tahap-tahap sebelumnya yang silam memperoleh
banyak pengalaman negatif maka ia mungkin terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
h. Ego Integrity vs Despair
Memasuki
masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
tindakan-tindakannya dimasa lalu akan menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa
semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
4. Siklus Hidup
Siklus kehidupan Erikson terangkum
dari kedelapan tahapan ditandai oleh gaya psikoseksual dan krisis psikososial.
Krisis psikososial dipicu oleh konflik antara elemen sintonik yang dominan
dengan elemen distonik antitesisnya. Tiap kekuatan dasar memiliki antipati yang
mendasarinya menjadi patologi inti pada tahapan tersebut. Manusia memiliki
radius hubungan signifikan yang selalu meningkat, dimulai dengan seseorang yang
keibuan dimasa bayi dan diakhiri dengan identifikasi terhadap semua umat
manusia selama masa usia lanjut.
Kepribadian selalu berkembang selama
periode sejarah tertentu dan dalam masyarakat, walaupun demikian. Erikson
pecaya bahwa kedelapan tahapan perkembangan ini melalmpaui kronologi dan
geografi serta cocok untuk hampir semua kultur, baik dimasa lampau ataupun
sekarang.
C. Allport
Gordon Willard Allport lahir pada 11
November 1897, di Montezuna, Idiana sebagai anak keempat dan anak bungsu
laki-laki dari pasangan John. E. Allport dan Nellie Wise Allport.
Gordon Allport menenkankan pada
keunikan individual. Ia yakin bahwa upaya mendeskripsikan manusia dalam bentuk
sifat yang umum, merampas keunikan individual mereka.
1. Kepribadian menurut Allport
Allport mendefiniskan kepribadian
sebagai organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Definisi yang
komprehensif Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah
produk dan proses. Manusia mempunyai struktur organisasi, sementara pada saat
yang bersamaan, mereka memproses kemampuan untuk berubah.
2. Struktur Kepribadian
Menurut Allport, struktur terpenting
adalah yang dapat mendeskripsikan orang tersebut dalam konteks karakteristik
individual yang disebutnya sebagai disposisi personal.
a. Disposisi Personal
Sifat umum adalah karakteristik umum
yang dimiliki oleh banyak orang. Sementara sifat umum sangat penting untuk
kajian perbandingan antar manusia. Disposisi personal memiliki tingkat
kepentingan sekunder bagi orang tersebut.
1.
Disposisi Pokok, beberapa orang mempunyai karakteristik
yang sangat kuat atau emosi kuat yang bersifat mengatur atau sangat menonjol,
sehingga hal tersebut mendominasi hidup orang-orang tersebut. Disposisi ini
sangat jelas terlihat sehingga tidak dapat disembunyikan, hampir setiap
tindakan dalam hidup seseorang berkutat di sekitar disposisi pokok.
2.
Disposisi Sentral, hanya sedikit orang yang mempunyai
disposisi pokok, namun semua orang mempunyai beberapa disposisi sentral yang
mencakup 5-10 karakteristik paling menonjol dimana hidup seseorang terfokus
disekitarnya.
3.
Disposisi Sekunder, tidak sejelas disposisi sental
namun lebih banyak dalam kuantitas. Semua orang memiliki disposisi sekunder
yang tidak krusial bagi kepribadian, namun sering muncul dan bertanggung jawab
atas perilaku spesifik seseorang.
b. Proprium
Allport menggunakan istilah proprium
untuk merujuk perilaku dan karakteristik yang dianggap manusia sebagai sesuatu
yang penting, sentral, dan hangat dalam kehidupan mereka. Proprium bukanlah
keseluruhan dari kepribadian, karena banyak dari perilaku dan karakteristik
seseorang yang tidak hangat ataupun sentral, malah berada pada bagian perifer
kepribadian. Proprium mencakup nilai-nilai seseorang, sebagaimana bagian
kesadaran yang bersifat pribadi dan konsisten dengan keyakinan pribadi yang
matang. Kesadaran yang tergeneralisasi mungkin hanya berada dibagian perifer
dari rasa seseorang atas dirinya, sehingga berada diluar proprium orang
tersebut.
c. Motivasi
Kebanyakan
orang termotivasi oleh dorongan yang dirasakannya daripada bagian
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, serta menyadari apa yang mereka
lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka melakukannya.
Teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan antara motif sekunder dan
usaha kuat yang bersifat sentral. Motif sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar tekanan, sementara
usaha kuat yang bersifat sentral adalah untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi disekuilibrium.
d. Kajian tentang Individual
Oleh
karena psikologi secara historis telah berkutat dengan teori dan karakteristik
umum yang dimiliki seseorang. Allport telah berulang kali memperkenalkan
perkembangan dan penggunaan dari metode penelitian yang mengkaji individu.
Untuk mengimbangi pendekatan yang bersifat normatif ataupun kelompok. Ia
menyarankan psikolog untuk menggunakan metode yang mempelajari perilaku
motivasi dan ekspresif dari seseorang.
e. Ilmu Pengetahuan Morfogenik
Istilah “Idiografik” dan
“Morfogenik” sama-sama berkaitan dengan individual, tetapi Idiografik tidak
membahas mengenai struktur ataupun pola-pola. Sebaliknya Morfogenik merujuk
pada atribut yang terpola dari organisme secara keseluruhan, yang dapat mengakomodasi
perbandingan intrapersonal. Pola atau struktur dari disposisi personal
seseorang sangat penting. Contoh, Tyrone mungkin saja cerdas, introver, dan
sangat termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi, namun ciri khas ketika
kecerdasannya berhubungan dengan introversion dan setiap kebutuhan prestasi,
membentuk suatu pola terstruktur. Pola individual ini adalah inti pembahasan
ilmu pengetahuan morfogenik
KESIMPULAN
Kesehatan
yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang atau dimensi memberikan pengertian
dan penjelasan maisng-masing. Setiap sudut pandang tersebut memiliki inti dari
cakupan seluruh pengertian .
a.
Dimensi Emosi : Yang menentukan ketenangan dan
kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental pula yang
menentukan tanggapan seseorang terhadap persoalan dan kemampuannya dalam
menyesuaikan diri. Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas putus asa,
pesimis karena orang tersebut dapat menerima hidupnya dengan tenang dan wajar.
b.
Dimensi Intelektual : Sehat dalam dimensi intelektual
dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pengetahuan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi, sehingga membawa kebahagiaan diri dan
orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
c.
Dimensi Sosial : Dalam dimensi sosial sehat berarti
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain
dan masyarakat serta lingkungan dimana dia hidup.
d.
Dimensi Fisik : Mengarah pada kesehatan jasmani,
secara fisiologis yaitu semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada
gangguan fungsi tubuh
e.
Dimensi Spiritual : Sehat secara spiritual merupakan
keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan yang
dianutnya. Sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Daftar Pustaka :
1. Feist,J & Feist,
G.J . 1998. Teori Kepribadian jilid 1. Jakarta : Salemba Humanika
2. Feist, J &
Feist, G.J.1998. Teori Kepribadian jilid
2. Jakarta : Salemba Humanika
3. Riyanti, Dwi dkk.
1996. Psikologi Umum 1 . Jakarta :
Universitas Gunadarma
4. Wade,C &
Tavris,C. 2007. Psikologi Edisi ke-9.
Jakarta : Erlangga
7. http://www.psychologymania.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar