Jumat, 24 Mei 2013

TUGAS 3 KESEHATAN MENTAL

Nama : Chaerunnisa Utami
NPM 18511135
Kelas : 2PA05



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Dalam perjalanan kehidupan, manusia selalu dihadapakan pada berbagai situasi yang harus mereka hadapi. Baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Pada peristiwa tersebut, tentunya ada peristiwa yang mungkin melekat kuat didalam ingatan seseorang. Biasanya hal ini memberi kesan yang mendalam kepada diri mereka.
            Dari peristiwa – peristiwa tersebut, ada kalanya seorang individu merasakan dampak yang mungkin membuat mereka terus – menerus memikirkan hal itu. Tidak jarang dampak ini memberi pengaruh yang negatif kepada pola pokir serta perilaku individu. Dampak ini yang biasa disebut dengan stress.
            Kita semua tentu pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stres tidak selalu jelek. Stres dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Hidup yang serba tenang juga menjemukan.
            Stres yang timbul pada setiap orang bisa berbeda-beda, walaupun peristiwa yang dialami itu sama. Peristiwa tertentu yang membuat seseorang mengalami stres berat, bisa saja hanya menimbulkan stres ringan pada orang lain. Bahkan dampak stres itu sendiri bisa berbeda pada setiap orang.







1.2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mengenai stres
2.      Untuk mengetahui tipe – tipe stress
3.      Untuk mengetahui dan memahami hal yang bisa menanggulangi stres

1.3 Rumusan Permasalahan
1.      Apa itu stres ?
2.      Apa saja peristiwa yang bisa menimbulkan stres ?
3.      Apa saja yang termasuk kedalam tipe – tipe stres ?
4.      Bagaimana penanggulangan stres ?

1.4 Manfaat
            Penulisan ini bermanfaat memberikan penjelasan mengenai stres, hal-hal atau peristiwa yang bisa menimbulkan stres serta memberikan gambaran bagaimana seharusnya kita bisa menanggulangi stres tersebut.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres
            Dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada juga diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stes dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.
2.2 Karakteristik Peristiwa Stres
            Banyak sekali peristiwa yang dapat menyebabkan stres, antara lain : perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang, seperti : perang, gempa bumi, bom / kecelakaan nuklir, perubahan besar dalam kehidupan seseorang seperti, pindah ketempat baru, pindah pekerjaanm kehilangan kawan, menderita penyakit, percekcokan sehari – hari dan lainnya.
            Sumber stres dapat berbeda beda pada masing – masing individu, dan biasanya tampil dalam bentuk motif atau keinginan yang bertentangan. Berikut ini dikemukakan beberapa peristiwa yang merupakan sumber stres.
a. Peristiwa Traumatik
            Yang dmaksudkan dengan peristiwa traumatik adalah situasi bahaya ekstrim diluar rentang pengalaman manusia yang lazim. Contohnya : bencana alam, seperti gempa bumi. Tsunami, banjir. Bencana alam buatan manusia, seperti perang, bom. Kecelakaan yang mengerikan seperti, tabrakan mobil, jatuhnya pesawat. Penyerangan fisik, seperti pembunuhan, pemerkosaan.
b. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan
            Semakin besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, semakin besar pula kemungkinan stres yang ditimbulkannya. Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan misalnya, ditinggal mati orang yang dicintai, terserang penyakit serius, dipecat dari jabatan. Sedangkan peristiwa ringan yang tidak dapat dikendalikan misalnya, tidak mendapatkan maaf dari teman, terlambat tiba dalam suatu acara. Salah satu alasan mengapa peristiwa yang tidak dapat dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena orang tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.
·         Peristiwa yang tidak dapat diperkirakan
            Walaupun individu tidak dapat mengendalikan suatu peristiwa stres, tetapi stres biasanya dapat dikurangi apabila indvidu dapat memprediksikan munculnya peristiwa yang menyebabkan stres. Salah satu kemungkinan alasannya adalah karena sinyal peringatan sebelum terjadinya peristiwa yang tidak mengenakkan, memungkinkan individu mulai melakukan sejenis proses persiapan yang berfungsi memperkecil efek stimulus stres.
·         Peristiwa yang melampaui batas – batas kemampuan
            Peristiwa lainnya yang juga merupakan sumber stres adalah peristiwa yang melampaui batas-batas kemampuannya. Contoh : saat menjelang ujian akhir semester, sebagian besar mahasiswa belajar berjam-jam lebih lama dibandingkan disaat lain. Aktivitas fisik dan intelektual yang berat ini dapat menimbulkan stres. Lebih-lebih apabila tingkat kesulitan ujian tersebut melewati batas kemampuan mahasiswa. Mahasiswa akan mengalami stres dan ketakutan akan mendapatkan kegagalan dalam ujian.
·         Konflik Internal
            Empat hal yang telah disebut diatas merupakan sumber stres yang dikategorikan sebagai kondisi ekstrenal. Stres juga dapat muncul dari faktor internal yaitu konflik yang tidak terpecahkan, baik yang disadari maupun tidak disadari. Konflik terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan.
            Menurut Atkinson dkk (1983 : 348, 349), konflik yang paling mendalam dan sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat, biasanya terjadi disekitar motif-motif berikut :
1. Kemandirian lawan ketergantungan
2. Keintiman lawan isolasi
3. Kerjasama lawan persaingan
4. Ekspresi impuls dan standar moral
2.3  Tipe – Tipe Stres
            Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam.ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response karena rspon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat tergadap situasi yang mengancam.akan tetapi bila orausal yang tinggi terus-menerus muncul dapat membahayakan kesehatan induvidu.
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:

1.Fase reaksi yang mengejutkan (alarm reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.

2.Fase perlawanan (stage of resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.Fase Keletihan ( stage of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah.


Tipe-tipe Stres Psikologis  
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
1. Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
2. Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
3. Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain. 
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

2.4 Penanggulangan Stres
            Emosi dan rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh situasi stres, sangat tidak nyaman. Ketidaknyamanan tersebut memotivasi individu untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses yang ditempuh seseorang untuk menghadapi tuntutan yang menimbulkan stres dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah). Coping memiliki dua bentuk utama .
1. Strategi Terfokus Masalah
            Upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya.
            Strategi yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain : menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi terfokus masalah dapat mempersingkat waktu dan berlangsungnya depresi.

2. Strategi Terfokus Emosi
            Upaya untuk mencegah emosi negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat terkendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negatif. Cara-cara tersebut dibagi menjadi :
a. Strategi Perilaku, misalnya latihan fisik untuk beralih dari masalah. Ada yang menggunakan alkohol atau yang lainnya, atau mencari dukungan emosional dari kawan.
b. Strategi Kognitif, dilakukan antara lain dengan menyingkirkan untuk sementara pikiran tentang masalah tersebut, misalnya memutuskan untuk tidak menguatirkan masalah tersebut. Bisa juga dengan mengubah makna situasi.

Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:

1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.


2. Kompensasi 
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.


3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya. 

6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.

7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.

9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”

10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
     
      11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
   
      12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
      
      13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah. 

14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.





ARTIKEL TENTANG PENGALAMAN STRESS

Pengalaman Stres Positif
            Ini pengalaman stres yang pernah saya alami. Mungkin pengalaman yang pertama ini saya katakan sebagai stres positif yang pernah saya alami. Karena pada stres ini saya bisa mengantisipasi kondisi saya. Berikut adalah cerita mengenai pengalaman saya.
            Tahun 2010 adalah tahun dimana saya lulus dari bangku SMA, segala persiapan sudah saya persiapkan hendak kemana setelah lulus SMA ini. Pertama saya terpilih untuk mengikuti seleksi PMDK disalah satu universitas negri. Saya terpilih bersama 19 orang teman lainnya melalui proses seleksi nilai rapot. Setelah diseleksi saya terpilih untuk dikirimkan dalam PMDK itu. Waktu itu saya memilih jurusan Agronomi dan Hortikultura dan MIPA Biologi. Saat itu nilai saya bersaing dengan seluruh siswa diseluruh Indonesia. Pada saat pengumuman diumumkan ternyata saya tidak lulus dalam seleksi itu. Itu kata gagal pertama yang saya dapatkan. Setelah pengumuman kelulusan saya mulai menyiapkan seleksi masuk perguruan tinggi negri. Saya mengikuti SNMPTN pada waktu itu dan mengikuti seleksi ikatan dinas yaitu STAN. Keduanya saya ikuti dengan harapan saya akan lolos. Namun saat pengumuman kembalai lagi saya mendapat hasil “Maaf Anda Tidak Lulus”. Saya merasa saat itu benar-benar sedih dan tidak tahu hendak kemana. Karena saya sendiri tidak mempersiapkan universitas swasta, sedangkan waktu semakin sempit dan pada akhirnya universitas swasta pun tutup dan saya masih bingung dan akhirnya saya tidak kuliah. 1 tahun saya benar-benar merasa bingung, saya memikirkan mau jadi apa saya kalau hanya diam seperti ini. Banyak tawaran kerja yang menghampiri tetapi semua saya tolak karena saat itu saya benar-benar merasa saya belum mau untuk kerja. 1 tahun menganggur dan tidak ada kerjaan, saya masih memikirkan kenapa dan apa yang menyebabkan saya tidak lolos dalam segala seleksi. Sedih dan bingung pada saat itu. Tetapi saya tidak mau seperti ini terus, meratapi sedih dan tidak berbuat apa-apa. Akhirnya pada saat itu saya mendapat tawaran untuk mengajar les privat anak SD, saya ambil tawaran itu dan ternyata saya cukup menikmati mengajar anak-anak.
            Tahun berikutnya saya memutuskan untuk mengikuti lagi tes seleksi masuk perguruan tinggi negri. Saya mengambil SNMPTN dan Ujian Mandiri disalah satu universitas saat itu. Saya kembali mengikuti tes seleksi. Pada saat pengumuman kembali dan kembali lagi saya dinyatakan tidak lulus. Sedih pada saat itu tetapi saya berfikir untuk tidak terus-terusan sedih, saya hanya berfikir mungkin itu bukan jalan saya. Ada tempat yang terbaik untuk diri saya menuntut ilmu. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk perguruan tinggi swasta, saya memilih Universitas Gunadarma untuk jenjang pendidikan tinggi saya. Mungkin disini jalan saya dan saya akan bersungguh-sungguh untuk bisa jadi yang terbaik.
            Inilah sekilas kisah pengalaman stres positif saya.

Pengalaman Stress Negative
            Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya stres. Biasanya stres yang dialami lebih banyak stres yang negatif. Saya juga pernah mengalami stres negatif.
            Stres yang saya alami ini mungkin stres yang kebanyakan anak usia remaja alami. Iya faktor masalah putus cinta. Hal biasa mungkin sebenarnya tetapi entah kenapa remaja pasti mendalami kondisi perasaannya saat patah hati itu.
            Tidak jauh berbeda dengan saya, saya pertama kali menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah ketika kelas 2 SMA. Sebelum-sebelumnya saya merasa belum saatnya pacaran tetapi dikelas 2 SMA itu saya mulai berani untuk menjalin hubungan dengan pria. Masa-masa awal pacaran tentu bahagianya luar biasa, untuk anak remaja usia saat itu rasanya selalu merasakan jatuh cinta. Mungkin sedikit berlebihan tetapi memang faktanya seperti itu. Kami berpacaran lancar dan menyenangkan, walaupun ada konflik tetapi itu jarang terjadi. orang tua kami juga sudah mengetahui hubungan kami ini, sehingga semakin nyaman rasanya. Menginjak kelas 3 kami mulai difokuskan dengan pemantapan untuk menghadapi UN. Saat itu masih baik-baik saja, tetapi mulai pengumuman kelulusan komunikasi jadi sedikit terganggu karena kita sama-sama fokus untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Pada saat itu pacar saya lulus disalah satu universitas negri tepatnya dia Yogyakarta, dia memutuskan untuk kuliah disana. Ada sedikit rasa khawatir didalam pikiran saya, ini artinya saya akan menjalin hubungan jarak jauh. Saya membicarakan hal itu dengan pacar saya, kita sepakat untuk LDR. Sebulan, dua bulan masih lancar masuk-masuk bulan selanjutnya hubungan kami mulai goyah dan pada akhirnya kami memutuskan untuk menyelesaikan hubungan.
            Saat itu saya hanya bisa menangis dan menangis mungkin karena itu pertama kalinya saya patah hati. Saya hanya mengurung diri dikamar, nangis dan nafsu makan pun berkurang. Agak berlebihan mungkin dilihatnya tetapi mungkin itu yang terjadi pada masa-masa labil usia remaja yang saya alami juga saat itu. Saya seperti enggan melakukan apapun hanya ingin tiduran sambil menangis bahkan saat itu sampai sakit seminggu saya memikirkan masalah patah hati ini.
            Tetapi lambat laun semakin bertambah dewasa saya semakin mengerti dan paham bagaimana saya harus mempersiapkan kondisi saya dalam segala masalah apapun sehingga saya bisa dan sudah siap dengan masalah yang mungkin akan timbul. Inilah salah satu pengalaman stres negatif yang pernah saya alami.















BAB III
KESIMPULAN

            Dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada juga diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stes dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.
            Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress.
1. Represi
2. Rasionalisasi
3. Pembentukan Reaksi
4. Proyeksi
5. Penyangkalan
6. Intelektualisasi
7. Pengalihan




DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
2. Halgin, R & Whitbourne, S, K. 2009. Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba Humanika
           

           

Sabtu, 04 Mei 2013

TUGAS 2 KESEHATAN MENTAL

Nama : Chaerunnisa Utami
NPM : 18511135
Kelas : 2PA05




BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Selama berabad-abad, para filsuf, ahli ilmu agama, dan pemikir-pemikir lainnya telah mempertanyakan persoalan-persoalan ketika mereka merenungkan sifat dasar manusia. Sampai saat ini, para pemikir besar hanya membuat sedikit kemajuan untuk menemukan jawaban yang memuaskan terhadap persoalan-persoalan ini.
            Walaupun tidak ada definisi tunggal yang bisa dierima oleh semua teoritikus kepribadian, kita bisa mengatakan bahwa kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik kosistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antarindividual dalam perilaku. Sifat bisa saja unik, sama pada beberapa kelompok manusia atau dimiliki semua manusia.
            Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
           


            Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
1.2 Tujuan Permasalahan
·         Mengetahui teori-teori kepribadian
·         Mengetahui dan memahami makna dari setiap aliran teori kepribadian
·         Mengetahui teori-teori penelitian kepribadian menurut tokoh-tokoh
·         Mengetahui bagaimana para tokoh menggambarkan kepribadian menurut dirinya
·         Mengetahui contoh-contoh kasus yang mengaplikasikan teori para tokoh
1.3 Rumusan Permasalahan
·         Apa itu kepribadian ?
·         Apa saja mahzab yang ada dalam teori kepribadian ?
·         Bagaimana arti kepribadian menurut setiap aliran ?
·         Bagaimana definisi kepribadian menurut teori Erich Fromm ?
·         Bagaimana definisi kepribadian menurut teori Abraham Maslow ?
·         Bagaimana definisi kepribadian menurut teori Carl Rogers  ?









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Dalam Kepribadian
a. Mahzab Psikoanalisis
            Psikoanalisis merupakan salah satu pendekatan kepribadian yang paling kondang. Pertama, dua batu pijakan Psikoanalisis yaitu seks dan agresi merupakan dua hal yang terus populer. Kedua, oleh pengikutnya yang antusias dan juga setia, dimana sebagian dari mereka menganggap Freud sebagai tokoh pahlawan yang kesepian seperti dalam mitos, membuat teori ini tersebar luas melampaui kota asalnya. Psikoanalisis bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot, neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya. Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita.


·         Kepribadian sehat menurut pandangan Psikoanalisis
            Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran seperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
            Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut, jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1.Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3.Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4.Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan

b. Mahzab Behaviouristik
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Dalam pandangan kaum behaviouris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas. Behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis.
1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya
2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
·         Kepribadian sehat menurut Behaviouristik
            Behaviourisme disebut juga Psikologi S-R ( Stimulus – Response ). Behaviour menolak bahwa pikiran merupakan subjek Psikologi dan bersikeras bahwa Psikologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati.
            Aliran Behaviour mempunyai 3 ciri penting :
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviour menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang.
           
            Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1.      Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.      Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman

3.     Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.      Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif

c. Mahzab Humanistik
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Salah satu bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos = makna). Pandangan ini berprinsip:
a. Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
b. Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
c. Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.
            Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan berdasarkan situasi-situasi berikut ini :
a. Ketika seseorang menemukan dirinya ( self-discovery )
b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan
c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan
d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab
e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita keluar dunia fisik, keluar suka dan duka, keluar dari diri kita sekarang.
2.2 Teori – Teori Kepribadian Menurut Tokoh
A. Erich Fromm
            Fromm lahir pada tanggal 23 Maret 1900, di Frankfurt, Jerman. Ia merupakan anak tunggal dari orang tua Yahudi Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm adalah anak seorang rabi dan cucu dari dua orang rabi. Ibunya, Rose Krause Fromm adalah keponakan Ludwig Krause, seorang ahli Talmud terpandang.
            Asumsi dasar Fromm adalah bahwa kepribadian individu dapat dimengerti hanya dengan memahami sejarah manusia. Fromm (1947) percaya bahwa manusia tidak seperti binatang lainnya, telah “tercerai berai” dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka tidak memiliki insting kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah, melainkan mereka telah memperoleh kemampuan bernalar yang disebut Fromm sebagai dilema manusia.
            Menurut Fromm, manusia berusaha menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada jalan keluarnya. Dikotomi pertama dan paling fundamental adalah antara hidup dan mati. Realisasi diri dan nalar mengatakan bahwa kita akan mati, namun kita berusaha mengikari hal ini dengan menganggap adanya kehidupan setelah kematian. Dikotomi eksistensial kedua adalah bahwa manusia mampu membentuk konsep tujuan dari realisasi diri utuh, namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan itu. Dikotomi ketiga adalah bahwa manusia pada akhirnya hanya sendiri, namun kita tetap tidak bisa menerima pengucilan atau isolasi.
a. Kebutuhan Manusia
            Hanya kebutuhan manusia khusus yang bisa mendorong manusia menuju ikatan kembali dengan dunia alam. Kebutuhan-kebutuhan eksistensial telah muncul saat revolusi budaya manusia, tumbuh dari usaha mereka untuk menemukan jawaban atas keberadaan mereka untuk menghindari ketidakwarasan. Fromm menyatakan bahwa satu perbedaan penting antara manusia yang sehat secara mental dan manusia neurotik adalah bahwa manusia yang sehat mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Dengan kata lain, individu yang sehat lebih mampu menemukan cara untuk bersatu kembali dengan dunia, dengan secara produktif.
b. Keterhubungan
            Kebutuhan eksistensial manusia yang pertama adalah keterhubungan (relatedness), dorongan untuk bersatu dengan satu orang atau lebih. Fromm menyatakan tiga cara dasar bagi manusia untuk berhubung dengan dunia : (1) kepasrahan, (2) kekuasaan, dan (3) cinta. Seseorang dapat pasrah pada orang lain, kelompok atau institusi agar menjadi satu dengan dunia. Sama halnya seperti orang-orang pasrah atau submisif mencari hubungan dengan orang-orang dominan, pencari kekuasaan menyambut orang-orang pasrah menjadi pasangannya. Fromm percaya bahwa cinta adalah satu-satunya jalan untuk seseorang bersatu dengan dunia dalam waktu yang sama, mencapai individualitas dan integritas.
c. Keunggulan
            Manusia tergerak oleh kebutuhan akan keunggulan (transcendence) yang didefinisikan sebagai dorongan untuk melampaui keberadaan yang pasif dan kebetulan menuju “alam penuh makna dan kebebasan”. Fromm menyatakan bahwa manusia adalah satu-satunya spesies yang menggunakan agresi keji yaitu membunuh untuk alasan selain mempertahankan diri.
d. Keberakaran
            Kebutuhan eksistensial ketiga adalah keberakaran atau kebutuhan untuk berakar atau mearasa berpulang kembali ke dunia. Ketika manusia berevolusi sebagai spesies terpisah, mereka kehilangan rumah mereka didunia alam. Disaat yang bersamaan, kapasitas pikiran mereka membuat mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki rumah dan tidak memiliki akar.
d. Mekanisme Pelarian
·         Authoritarianism
            Fromm mendefinisikan authoritarianism sebagai kecenderungan untuk meyerahkan kemandirian seseorang secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bersatu dengan mitra yang kuat ini dapat berupa masokisme dan sadisme. Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah, serta rendah diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang yang lebih kuat. Sadisme, lebih neurotik dan lebih berbahaya secara sosial.

·         Sifat Merusak
            Sifat merusak berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadisme dan masokisme, sifat merusak tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain.
·         Konformitas
            Cara ketiga untuk melarikan diri adalah konformitas. Orang yang melakukan konfomitas berusaha melarikan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan.
e. Orientasi Karakter
1. Orientasi Nonproduktif
            Manusia dapat memperoleh sesuatu melalui keempat orientasi nonproduktif ini, yaitu (1) menerima segala sesuatu secara pasif, (2) eksploitasi, (3) menimbun objek dan (4) memasarkan atau menukar sesuatu.
·         Reseptif
            Karakter reseptif merasa bahwa sumber segala hal yang baik berada diluar diri mereka dan satu-satunya cara untuk berhubungan dengan dunia adalah menerima sesuatu termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan materi.
·         Eksploitatif
            Karakter eksploitatif percaya bahwa sumber segala hal yang baik berada diluar mereka. Berbeda dengan orang reseptif, mereka mengambil dengan agresif apa yang mereka inginkan, bukan menerima secara pasif. Sisi negatif karakter ekploitatif yaitu egosentris, angkuh, arogan, dan penggoda.
·         Menimbun
            Karakter menimbun bertujuan untuk menyimpan apa yang sudah mereka dapatkan. Sisi negatif dari kepribadian menimbun termasuk kekakuan, kegersangan, bersikeras, perilaku kompulsif, dan kurangnya kreativitas, sedangkan karakter positif mereka adalah keteraturan, kebersihan, dan ketepatan waktu.
2. Orientasi Produktif
            Orientasi produktif tuggal memiliki tiga dimensi, yaitu bekerja, mencintai, dan bernalar. Orang-orang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan realisasi berkesinambungan akan potensi mereka. Cinta yang produktif digambarkan melalui empat kualitas cinta sebagaimana telah dibahas sebelumnya yaitu rasa peduli, tanggung jawab, hormat, dan pengetahuan. Pemikiran produktif tidak dapat dipisahkan dengan kerja dan cinta yang produktif serta didorong oleh ketertarikan akan orang atau objek lain.
f. Gangguan Kepribadian
·         Nekrofilia
            Istilah “nekrofilia” berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan seksual dimana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat.
·         Narsisme Berat
            Manusia yang sehat menunjukkan bentuk narsisme yang baik, yaitu ketertarikan akan tubuh sendiri. Individu narsistis terpaku pada diri sendiri, namun hal ini tidak terbatas hanya pada mengagumi diri dalam kaca. Keterpakuan pada tubuh sering menyebabkan hipokondriasis atau perhatian obsesif akan kesehatan seseorang. Fromm juga membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan pelanggaran yang sebelumnya terjadi.
·         Simbiosis Inses
            Orientasi patologis ketiga adalah simbiosis inses atau ketergantungan ekstrem akan ibu atau pengganti ibu. Simbiosis inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Dengan simbiosis inses, manusia menjadi tak terpisahkan dengan inangnya. Kepribadian mereka bercampur dengan orang lain (inang) sehingga jati diri mereka hilang. Fromm lebih setuju dengan Harry Stack Sullivan daripada dengan Freud bahwa ketertarikan terhadap ibu didasari oleh kebutuhan akan rasa aman, bukan kebutuhan seks. “ Dorongan seksual bukanlah penyebab dari fiksasi terhadap ibu, namun merupakan hasil” (Fromm, 1964).


Contoh Kasus :
            Contoh kasus yang diangkat dalam teori menurut Erich Fromm ini adalah mengenai gangguan kepribadian narsisme berat . Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi membutuhkan bantuan ekonomi dario sang istri. Setelah perceraian tersebut, David memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah (sumber : Barlow & Durant, 1995).






B. Abraham H. Maslow
            Abraham Harold Maslow dilahirkan di Manhattan, New York pada 1 April 1908. Maslow menghabiskan masa kecilnya yang kurang bahagia di Brooklyn. Maslow adalah anak pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose Schilosky Maslow.
a. Pandangan Maslow tentang Motivasi
            Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi pendekatan menyeluruh pada motivasi. Yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi.
            Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal. Yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang terpisah.
            Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi oleh kebutuhan – kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan kebutuhan lain.
            Asumsi lainnya, bahwa semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama.
b. Hierarki Kebutuhan
            Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan – kebutuhan dilevel rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan dilevel tinggi menjadi hal yang memotivasi.
            Maslow mengungkapkan kebutuhan – kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi masing-masing : fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan akutualisasi diri.
·         Kebutuhan Fisiologis
            Kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis, termasuk didalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh dan lainnya. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang mempunyai pengaruh paling besar dari semua kebutuhan.

·         Kebutuhan akan Keamanan
            Kebutuhan akan keamanan yang termasuk didalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan – kekuatan yang mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan keamanan berbeda dengan kebutuhan fisiologis dalam hal ketidakmungkinan kebutuhan akan keamanan untuk terpenuhi secara berlebihan.
·         Kebutuhan akan Cinta dan Keberadaan
            Setelah seseorang memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, mereka termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan keberadaan. Seperti keinginan untuk berteman, mempunyai pasangan dan anak, menjadi bagian dari keluarga. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta.
            Orang yang kebutuhan akan cinta dan keberadaannya cukup terpenuhi sejak dari masa kecil tidak menjadi panik ketika cintanya ditolak. Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan, oleh karena itu, mereka menjadi tidak mampu memberikan cinta. Kategori ketiga adalah orang-orang yang menerima cinta dan keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit.
·         Kebutuhan akan Penghargaan
            Setelah orang-orang memenuhi kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Reputasi adalah persepsi akan gengsi, pengakuan atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut pandang orang lain.
·         Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
            Ketika kebutuhan di level rendah terpenuhi, orang secara otomatis beranjak ke level berikutnya. Akan tetapi, setelah kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak menuju level aktualisasi diri. Kebutuhan akan aktualisasi diri muncul jika kebutuhan akan penghargaan telah terpenuhi. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi sekreatif mungkin.
            Orang-orang yang mengaktualisasi diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika mereka dimaki, ditolak, dan diremehkan oleh orang lain.
c. Kebutuhan Estetika
            Kebutuhan estetika tidaklah bersifat universal. Akan tetapi, setidaknya beberapa orang disetiap kultur sepertinya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis.
            Orang-orang dengan kebutuhan estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama halnya seperti orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya juga merasa sakit.
d. Kebutuhan Kognitif
            Sebagian besar orang mempunyai keinginan untuk mengetahui, untuk memecahkan misteri, untuk memahami, dan untuk menjadi penasaran. Maslow menyebut keinginan-keinginan ini sebagai kebutuhan kognitif. Ketika, kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebutuhan pada hierarki terancam tidak bisa terpenuhi karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kelima kebutuhan konatif tersebut.
            Maslow percaya bahwa orang-orang yang sehat mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih besar, untuk berteori, untuk membuktikan hipotesis, untuk menyelesaikan misteri, atau untuk mencari tahu tentang bagaimana suatu hal berfungsi hanya karena mereka penasaran ingin tahu.
d. Kebutuhan Neurotik
            Jika diartikan, maka kebutuhan neurotik berarti tidak produktif. Kebutuhan-kebutuhan ini memupuk gaya hidup yang tidak sehat dan tidak adanya keinginan untuk berusaha memperoleh aktualisasi diri. Kebutuhan neurotik biasanya bersifat reaktif, yaitu kebutuhan ini berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi
e. Karakter orang-orang yang Mengaktualisasi Diri
            Maslow membuat daftar lima belas karakteristik sementara yang merupakan ciri-ciri orang yang mengaktualisasi diri sampai batasan tertentu. Kelima belas karakteristik tersebut yaitu ;
a. Persepsi yang lebih efisien dari kenyataan
b. Penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah
c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kealamian
d. Berpusat pada masalah
e. Kebutuhan akan privasi
f. Kemandirian
g. Penghargaan yang selalu baru
h. Pengalaman Puncak
i. Gemeinschaftgeful
j. Hubungan Interpersonal yang kuat
k. Struktur Karakter Demokratis
l. Diskriminasi antara cara dan tujuan
m. Rasa jenaka/humor yang filosofis
n. Kreativitas
o. Tidak mengikuti enkulturasi

Contoh Kasus :
            Contoh kasus yang akan diangkat dari teori Abraham Maslow mengenai aktualisasi diri adalah sebagai berikut :
            Tya tergolong anak yang pemalu dan pendiam. Ketika duduk dibangku SD dia juga bukan tergolong anak yang pintar, bahkan dapat dikatakan berada dalam level dibawah. Tetapi dengan kesadaran dan keinginan dirinya untuk membanggakan kedua orang tuanya, walaupun orang tuanya tidak mempermasalahkan prestasi belajarnya. Tya berusaha untuk selalu memperhatikan guru saat menerangkan, karena dia menganggap dirinya bukanlah anak yang gemar membaca buku. Tya juga tidak segan-segan untuk bertanya kepada temannya yang pintar ketika dia tidak mengerti dan memahami materi pelajaran pada saat itu. Dari hasil usahanya itu, prestasi Tya sedikit demi sedikit naik. Akhirnya pada kelas 6 SD, Tya berhasil masuk peringkat 5 besar dikelasnya yang awalnya ia hanya menjadi urutan terakhir dikelasnya.

C. Carl Rogers
            Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois sebagai anak keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers.
a. Teori yang berpusat pada pribadi
            Pada tahun-tahun awal, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai nondirective, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Pendekatan tersebut memakai beragam istilah antara lain pendekatan “ yang berpusat pada klien”. “yang berpusat pada pribadi”, “yang berpusat pada siswa“ , “ yang berpusat pada kelompok” dan “person to person”. Kita menggunakan penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
b. Asumsi Dasar
            Rogers mengajukan dua asumsi umum yaitu kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
·         Kecenderungan Formatif
            Rogers yakin bahwa terdapat kecenderungan dari setiap hal, baik organik maupun non organik, untuk berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.
            Rogers menyebut proses ini sebagai kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam. Sebagai contoh, galaksi bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang terorganisasi dengan baik, kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak terbentuk, organisme kompleks berkembang dari sebuah sel, dan kesadaran manusia merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitif menjadi kesadaran yang sangat besar.
·         Kecenderungan Aktualisasi
            Asumsi yang saling berkaitan dan relevan adalah kecenderungan aktualisasi atau kecenderungan setiap manusia (selain hewan dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar, untuk mengekspresikan emosi mendalam yang mereka rasakan dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh dari satu motif aktualisasi.
            Kecenderungan untuk memelihara dan meningkatkan suatu organisme, termasuk dalam kecenderungan aktualisasi. Kebutuhan pemeliharaan sama dengan tahapan awal dalam hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dasar seperti makanan, udara dan keamanan serta meliputi pula kecenderungan untuk menolak perubahan dan mencari status quo.
            Kebutuhan untuk menjadi lebih baik, untuk berkembang, dan untuk meraih perubahan disebut sebagai peningkatan diri. Pendirian Rogers adalah bahwa manusia mau untuk menghadapi ancaman dan rasa sakit karena kecenderungan dasar biologis untuk sebuah organisme memenuhi sifat alamiahnya yang mendasar.
c. Diri dan Aktualisasi
            Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian dari kecenderungan aktulisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri.
·         Konsep Diri
            Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian dari diri organismik berada diluar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
            Konsep diri yang sudah terbangun tidak mungkin tidak membuat perubahan sama sekali, hanya tetap akan terasa sulit. Perubahan biasanya paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain, yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan ancaman serta untuk mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak.
·         Diri Ideal
            Subsistem kedua dari diri adalah diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana diharapkannya. Diri ideal meliputi sebuah atribut biasanya yang positif, yang ingin dimiliki seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat.
d. Kesadaran
            Rogers mendefinisikan kesadaran sebagai “representasi simbolik” dari sebuah pengalaman kita. Ia menggunakan istilah ini secara sinonim dengan simbolisasi dan consciousness.
·         Tingkat Kesadaran
            Pertama, beberapa kejadian dialami dibawah batas kesadaran dan biasanya diabaikan atau disangkal. Kedua, beberapa pengalaman akan disimbokisasikan secara akurat dan dimasukkan dengan bebas ke dalam struktur diri. Pengalaman-pengalaman seperti itu biasanya tidak mengancam dan konsisten dengan konsep diri yang sudah ada. Tingkat kesadaran yang ketiga meliputi pengalaman yang terdirtosi. Saat pengalaman kita konsisten dengan pandangan kita terhadap diri, kita mengubah bentuk atau mendistorsi pengalaman tersebut supaya dapat diasimilasikan ke dalam konsep diri kita yang sudah ada
e. Hambatan pada Kesehatan Psikologis
·         Penghargaan Bersyarat
            Kebanyakan manusia menerima penghargaan bersyarat yaitu mereka memersepsikan bahwa orang tua, teman sebaya, atau pasangan mereka mencintai dan menerima mereka hanya apabila mereka dapat memenuhi ekspektasi dan persetujuan dari pihak-pihak tersebut.
·         Inkongruensi
            Organisme dan diri adalah dua entitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak. Aktualisasi merujuk kepada kecenderungan organisme untuk bergerak menuju fulfillment. Kedua kecenderungan ini kadang bertentangan satu dengan yang lainnya.
a. Kerentanan
            Semakin besar inkongruensi antara diri yang dirasakan dan pengalaman organismik, kita akan semakin rentan. Rogers meyakini bahwa manusia menjadi rentan saat tidak menyadari perbedaan antara diri organismik mereka dengan pengalaman mereka yang signifikan.
b. Kecemasan dan Ancaman
            Kecemasan dan ancaman dirasakan saat kita mulai mendapatkan kesadaran atas inkongruensi tersebut. Rogers mendefinisikan kecemasan sebagai kondisi yang tidak menyenangkan atau tekanan dari sumber yang tidak diketahui.
·         Sikap Defensif
            Sikap defensif adalah perlindungan atas konsep diri dari kecemasan dan ancaman, dengan penyangkalan atas distorsi dari pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri.
·         Disorganisasi
            Dalam kondisi disorganisasi, manusia kadang berpeilaku secara konsisten dengan pengalaman organismiknya dan kadang sesuai dengan konsep diri yang hancur.

Contoh Kasus :
            Contoh kasus berikut adalah aplikasi menurut teori dari Carl Rogers :
            Seorang gadis kecil yang memiliki konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya, dan yang terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat tradisional, bahkan tidak mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan laki-laki. Hasilnya gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.



BAB III
KESIMPULAN

1. Erich Fromm
            Fromm pesimis dan optimis. Disatu sisi, ia percaya bahwa sebagian besar manusia tidak dapat mencapai kesatuan kembali dengan alam dan orang lain, dan hanya sedikit orang yang mencapai kebebasan positif. Fromm cukup memiliki harapan untuk pecaya bahwa sebagian orang akan mencapai kesatuan kembali dan oleh karena oleh karena itu akan menyadari potensi kemanusiaan mereka.
2. Abraham Maslow
            Maslow percaya bahwa semua orang bisa mengaktualisasi diri, ciri-ciri alamiah manusia mempunyai potensi besar untuk menjadi makhluk hidup yang baik. Jika kita belum mencapai level fungsi tertinggi ini, hal itu disebabkan karena kita sedang dalam keadaan cedera atau sakit. Maslow mengusulkan sebuah hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus secara teratur dipenuhi sebelum kita menjadi manusia yang seutuhnya.
3. Carl Rogers
            Rogers berpendapat bahwa manusia mempunyai beberapa derajat pilihan bebas dan kapasitas untuk mengarahkan diri. Ia mengakui bahwa sebagian dari perilaku manusia dikontrol, dapat diprediksi, dan berjalan sesuai dengan hukum atau aturan yang berlaku.
            Rogers menempatkan penekanan lebih pada perbedaan individu dan keunikan dibanding persamaan. Manusia mempunyai lebih banyak keunikan dan individualitas. Dalam lingkungan yang mendukung, manusia dapat tumbuh dengan caranya sendiri menuju proses untuk menjadi fungsi sepenuhnya.




DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:Rajawali Pers
2. Puspitawati,I dkk .(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta : Universitas Gunadarma
3. Riyanti, Dwi dkk . (1998). Seri diktat kuliah Psikologi Umum 2. Depok : Universitas Gunadarma.
4. Freist, J & Freist, Gregory. (1998). Theories of Personality. Amerika : Mc Graw Hill.