NPM : 18511135
Kelas : 2PA05
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama
berabad-abad, para filsuf, ahli ilmu agama, dan pemikir-pemikir lainnya telah
mempertanyakan persoalan-persoalan ketika mereka merenungkan sifat dasar
manusia. Sampai saat ini, para pemikir besar hanya membuat sedikit kemajuan
untuk menemukan jawaban yang memuaskan terhadap persoalan-persoalan ini.
Walaupun tidak ada definisi tunggal
yang bisa dierima oleh semua teoritikus kepribadian, kita bisa mengatakan bahwa
kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen
dan memberikan, baik kosistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang.
Sifat (trait) merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antarindividual dalam
perilaku. Sifat bisa saja unik, sama pada beberapa kelompok manusia atau
dimiliki semua manusia.
Para
ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang
kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W.
Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi
tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya,
akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih
lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik
dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan
emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara
pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan
yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi
fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan
dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu
yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
1.2 Tujuan Permasalahan
·
Mengetahui teori-teori kepribadian
·
Mengetahui dan memahami makna dari setiap aliran
teori kepribadian
·
Mengetahui teori-teori penelitian kepribadian
menurut tokoh-tokoh
·
Mengetahui bagaimana para tokoh menggambarkan
kepribadian menurut dirinya
·
Mengetahui contoh-contoh kasus yang
mengaplikasikan teori para tokoh
1.3 Rumusan Permasalahan
·
Apa itu kepribadian ?
·
Apa saja mahzab yang ada dalam teori kepribadian
?
·
Bagaimana arti kepribadian menurut setiap aliran
?
·
Bagaimana definisi kepribadian menurut teori
Erich Fromm ?
·
Bagaimana definisi kepribadian menurut teori Abraham
Maslow ?
·
Bagaimana definisi kepribadian menurut teori
Carl Rogers ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendekatan Dalam Kepribadian
a.
Mahzab Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu
pendekatan kepribadian yang paling kondang. Pertama, dua batu pijakan
Psikoanalisis yaitu seks dan agresi merupakan dua hal yang terus populer.
Kedua, oleh pengikutnya yang antusias dan juga setia, dimana sebagian dari mereka
menganggap Freud sebagai tokoh pahlawan yang kesepian seperti dalam mitos,
membuat teori ini tersebar luas melampaui kota asalnya. Psikoanalisis
bermula dari keraguan Freud terhadap kedokteran. Pada saat itu kedokteran
dipercaya bisa menyembuhkan semua penyakit, termasuk histeria yang sangat
menggejala di Wina (Freud, terj.,1991:4). Pengaruh Jean-Martin Charcot,
neurolog Prancis, yang menunjukkan adanya faktor psikis yang menyebabkan
histeria mendukung pula keraguan Freud pada kedokteran (Berry, 2001:15). Sejak
itu Freud dan doktor Josef Breuer menyelidiki penyebab histeria. Pasien yang
menjadi subjek penyelidikannya adalah Anna O. Selama penyelidikan, Freud
melihat ketidakruntutan keterangan yang disampaikan oleh Anna O. Seperti ada
yang terbelah dari kepribadian Anna O. Penyelidikan-penyelidikan itu yang
membawa Freud pada kesimpulan struktur psikis manusia: id, ego, superego dan
ketidaksadaran, prasadar, dan kesadaran.
Freud
menjadikan prinsip ini untuk menjelaskan segala yang terjadi pada manusia, antara
lain mimpi. Menurut Freud, mimpi adalah bentuk penyaluran dorongan yang tidak
disadari. Dalam keadaan sadar orang sering merepresi keinginan-keinginannya.
Karena tidak bisa tersalurkan pada keadaan sadar, maka keinginan itu
mengaktualisasikan diri pada saat tidur, ketika kontrol ego lemah.
Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa
kita akses (preconscious) dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak
sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah tinggal dua struktur
mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita.
·
Kepribadian
sehat menurut pandangan Psikoanalisis
Freud mengumpamakan pikiran manusia
sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air
menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan
air yang menggambarkan ketidaksadaran seperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal
lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Tingkah
laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem
tersebut, jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1.Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika
individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan,
dengan belajar
3.Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari
superego terhadap id dan ego
4.Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada
mentalnya
5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai
dorongan dan keinginan
b. Mahzab
Behaviouristik
Aliran ini
memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap
yang diinginkan dilatih terus-menerus sehingga menimbulkan maladaptive
behaviour atau perilaku menyimpang. Salah satu contoh adalah ketika Pavlov
melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya yang
lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak mengeluarkan air liurnya.
Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing tersebut terbit air
liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu
dinyalakan maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak
disajikan. Dalam hal ini air liur anjing menjadi conditioned response
dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Dalam
pandangan kaum behaviouris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang
bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya dengan banyak spontanitas,
kegembiraan hidup, berkreativitas. Behavioristik berpangkal pada beberapa
keyakinan tentang martabat manusia, yang bersifat falsafah dan sebagian lagi
bercorak psikologis.
1.
Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau
salah. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara
bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang
menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya
2.
Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,menangkap apa yang
dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3.
Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku
yang baru melalui suatu proses belajar.
4.
Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh
perilaku orang lain.
·
Kepribadian
sehat menurut Behaviouristik
Behaviourisme
disebut juga Psikologi S-R ( Stimulus – Response ). Behaviour menolak bahwa pikiran
merupakan subjek Psikologi dan bersikeras bahwa Psikologi memiliki batas pada
studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat
diamati.
Aliran
Behaviour mempunyai 3 ciri penting :
1.
Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.
Menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak
dipelajari. Behaviour menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.
Memfokuskan pada perilaku binatang.
Kepribadian yang sehat menurut
behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor
dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak
dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4. Menekankan pada tingkah laku yang
dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
c. Mahzab Humanistik
Aliran ini
muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran
ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang
rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah
Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu
tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan
bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti
mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Salah satu
bagian dari humanistic adalah logoterapi. Adalah Viktor Frankl yang
mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai logotherapy (logos
= makna). Pandangan ini berprinsip:
a. Hidup
memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
b. Tujuan
hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
c. Kita
memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami
bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.
Logoterapi ini sangat erat kaitannya
dengan SQ, yang bisa kita kelompokkan berdasarkan situasi-situasi berikut ini :
a. Ketika
seseorang menemukan dirinya ( self-discovery
)
b. Makna
muncul ketika seseorang menentukan pilihan
c. Ketika
seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan
d. Ketika
kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab
e. Ketika
kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita keluar dunia
fisik, keluar suka dan duka, keluar dari diri kita sekarang.
2.2 Teori – Teori Kepribadian Menurut Tokoh
A. Erich Fromm
Fromm lahir pada tanggal 23 Maret
1900, di Frankfurt, Jerman. Ia merupakan anak tunggal dari orang tua Yahudi
Ortodoks kelas menengah. Ayahnya, Naphtali Fromm adalah anak seorang rabi dan
cucu dari dua orang rabi. Ibunya, Rose Krause Fromm adalah keponakan Ludwig
Krause, seorang ahli Talmud terpandang.
Asumsi dasar Fromm adalah bahwa
kepribadian individu dapat dimengerti hanya dengan memahami sejarah manusia.
Fromm (1947) percaya bahwa manusia tidak seperti binatang lainnya, telah
“tercerai berai” dari kesatuan prasejarahnya dengan alam. Mereka tidak memiliki
insting kuat untuk beradaptasi dengan dunia yang berubah, melainkan mereka
telah memperoleh kemampuan bernalar yang disebut Fromm sebagai dilema manusia.
Menurut Fromm, manusia berusaha
menyelesaikan dikotomi dasar yang tidak ada jalan keluarnya. Dikotomi pertama
dan paling fundamental adalah antara hidup dan mati. Realisasi diri dan nalar
mengatakan bahwa kita akan mati, namun kita berusaha mengikari hal ini dengan
menganggap adanya kehidupan setelah kematian. Dikotomi eksistensial kedua
adalah bahwa manusia mampu membentuk konsep tujuan dari realisasi diri utuh,
namun kita juga menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan
itu. Dikotomi ketiga adalah bahwa manusia pada akhirnya hanya sendiri, namun
kita tetap tidak bisa menerima pengucilan atau isolasi.
a. Kebutuhan Manusia
Hanya kebutuhan manusia khusus yang
bisa mendorong manusia menuju ikatan kembali dengan dunia alam.
Kebutuhan-kebutuhan eksistensial telah muncul saat revolusi budaya manusia,
tumbuh dari usaha mereka untuk menemukan jawaban atas keberadaan mereka untuk
menghindari ketidakwarasan. Fromm menyatakan bahwa satu perbedaan penting
antara manusia yang sehat secara mental dan manusia neurotik adalah bahwa
manusia yang sehat mental menemukan jawaban atas keberadaan mereka. Dengan kata
lain, individu yang sehat lebih mampu menemukan cara untuk bersatu kembali
dengan dunia, dengan secara produktif.
b. Keterhubungan
Kebutuhan eksistensial manusia yang
pertama adalah keterhubungan (relatedness), dorongan untuk bersatu dengan satu
orang atau lebih. Fromm menyatakan tiga cara dasar bagi manusia untuk berhubung
dengan dunia : (1) kepasrahan, (2) kekuasaan, dan (3) cinta. Seseorang dapat
pasrah pada orang lain, kelompok atau institusi agar menjadi satu dengan dunia.
Sama halnya seperti orang-orang pasrah atau submisif mencari hubungan dengan
orang-orang dominan, pencari kekuasaan menyambut orang-orang pasrah menjadi
pasangannya. Fromm percaya bahwa cinta adalah satu-satunya jalan untuk
seseorang bersatu dengan dunia dalam waktu yang sama, mencapai individualitas
dan integritas.
c. Keunggulan
Manusia tergerak oleh kebutuhan akan
keunggulan (transcendence) yang didefinisikan sebagai dorongan untuk melampaui
keberadaan yang pasif dan kebetulan menuju “alam penuh makna dan kebebasan”.
Fromm menyatakan bahwa manusia adalah satu-satunya spesies yang menggunakan
agresi keji yaitu membunuh untuk alasan selain mempertahankan diri.
d. Keberakaran
Kebutuhan
eksistensial ketiga adalah keberakaran atau kebutuhan untuk berakar atau
mearasa berpulang kembali ke dunia. Ketika manusia berevolusi sebagai spesies
terpisah, mereka kehilangan rumah mereka didunia alam. Disaat yang bersamaan,
kapasitas pikiran mereka membuat mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki
rumah dan tidak memiliki akar.
d. Mekanisme Pelarian
·
Authoritarianism
Fromm mendefinisikan
authoritarianism sebagai kecenderungan untuk meyerahkan kemandirian seseorang
secara individu dan meleburkannya dengan seseorang atau sesuatu diluar dirinya
demi mendapatkan kekuatan yang tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk bersatu dengan
mitra yang kuat ini dapat berupa masokisme dan sadisme. Masokisme timbul dari rasa ketidakberdayaan, lemah, serta rendah
diri dan bertujuan untuk menggabungkan diri dengan orang yang lebih kuat. Sadisme, lebih neurotik dan lebih
berbahaya secara sosial.
·
Sifat
Merusak
Sifat
merusak berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan dan ketidakberdayaan.
Namun berbeda dengan sadisme dan masokisme, sifat merusak tidak bergantung pada
hubungan berkesinambungan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan
orang lain.
·
Konformitas
Cara ketiga
untuk melarikan diri adalah konformitas. Orang yang melakukan konfomitas
berusaha melarikan diri dari rasa kesendirian dan keterasingan dengan
menyerahkan individualitas mereka dan menjadi apapun yang orang lain inginkan.
e. Orientasi Karakter
1. Orientasi Nonproduktif
Manusia
dapat memperoleh sesuatu melalui keempat orientasi nonproduktif ini, yaitu (1)
menerima segala sesuatu secara pasif, (2) eksploitasi, (3) menimbun objek dan
(4) memasarkan atau menukar sesuatu.
·
Reseptif
Karakter reseptif merasa bahwa
sumber segala hal yang baik berada diluar diri mereka dan satu-satunya cara
untuk berhubungan dengan dunia adalah menerima sesuatu termasuk cinta,
pengetahuan dan kepemilikan materi.
·
Eksploitatif
Karakter
eksploitatif percaya bahwa sumber segala hal yang baik berada diluar mereka.
Berbeda dengan orang reseptif, mereka mengambil dengan agresif apa yang mereka
inginkan, bukan menerima secara pasif. Sisi negatif karakter ekploitatif yaitu
egosentris, angkuh, arogan, dan penggoda.
·
Menimbun
Karakter menimbun bertujuan untuk
menyimpan apa yang sudah mereka dapatkan. Sisi negatif dari kepribadian
menimbun termasuk kekakuan, kegersangan, bersikeras, perilaku kompulsif, dan
kurangnya kreativitas, sedangkan karakter positif mereka adalah keteraturan,
kebersihan, dan ketepatan waktu.
2. Orientasi Produktif
Orientasi
produktif tuggal memiliki tiga dimensi, yaitu bekerja, mencintai, dan bernalar.
Orang-orang produktif bekerja menuju kebebasan positif dan realisasi
berkesinambungan akan potensi mereka. Cinta yang produktif digambarkan melalui
empat kualitas cinta sebagaimana telah dibahas sebelumnya yaitu rasa peduli,
tanggung jawab, hormat, dan pengetahuan. Pemikiran produktif tidak dapat
dipisahkan dengan kerja dan cinta yang produktif serta didorong oleh
ketertarikan akan orang atau objek lain.
f. Gangguan Kepribadian
·
Nekrofilia
Istilah
“nekrofilia” berarti cinta akan kematian dan biasanya mengacu pada kelainan
seksual dimana seseorang menginginkan kontak seksual dengan mayat.
·
Narsisme
Berat
Manusia yang sehat menunjukkan
bentuk narsisme yang baik, yaitu ketertarikan akan tubuh sendiri. Individu
narsistis terpaku pada diri sendiri, namun hal ini tidak terbatas hanya pada
mengagumi diri dalam kaca. Keterpakuan pada tubuh sering menyebabkan
hipokondriasis atau perhatian obsesif akan kesehatan seseorang. Fromm juga
membahas hipokondriasis moral atau keterpakuan dengan rasa bersalah akan
pelanggaran yang sebelumnya terjadi.
·
Simbiosis
Inses
Orientasi patologis ketiga adalah
simbiosis inses atau ketergantungan ekstrem akan ibu atau pengganti ibu.
Simbiosis inses adalah bentuk berlebihan dari fiksasi terhadap ibu yang lebih umum dan lebih baik. Dengan
simbiosis inses, manusia menjadi tak terpisahkan dengan inangnya. Kepribadian
mereka bercampur dengan orang lain (inang) sehingga jati diri mereka hilang.
Fromm lebih setuju dengan Harry Stack Sullivan daripada dengan Freud bahwa
ketertarikan terhadap ibu didasari oleh kebutuhan akan rasa aman, bukan
kebutuhan seks. “ Dorongan seksual bukanlah penyebab dari fiksasi terhadap ibu,
namun merupakan hasil” (Fromm, 1964).
Contoh Kasus :
Contoh kasus
yang diangkat dalam teori menurut Erich Fromm ini adalah mengenai gangguan
kepribadian narsisme berat . Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama
kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal
pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia
secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru
yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada terapis
tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani
oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang
berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang
kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti
apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia
adalah seorang work-
aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya
hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David
semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia
memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi
membutuhkan bantuan ekonomi dario sang istri. Setelah perceraian tersebut,
David memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia
sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias
apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia
juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam
pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua
orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang
akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan
berlimpah (sumber : Barlow & Durant, 1995).
B. Abraham H. Maslow
Abraham
Harold Maslow dilahirkan di Manhattan, New York pada 1 April 1908. Maslow
menghabiskan masa kecilnya yang kurang bahagia di Brooklyn. Maslow adalah anak
pertama dari tujuh bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose Schilosky
Maslow.
a. Pandangan Maslow tentang Motivasi
Teori kepribadian Maslow dibuat
berdasarkan beberapa asumsi dasar mengenai motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi
pendekatan menyeluruh pada motivasi.
Yaitu keseluruhan dari seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal. Yang
berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari beberapa motivasi yang
terpisah.
Asumsi ketiga adalah bahwa orang-orang berulang kali termotivasi
oleh kebutuhan – kebutuhan. Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya
kebutuhan tersebut berkurang kekuatan untuk memotivasinya dan digantikan
kebutuhan lain.
Asumsi lainnya, bahwa semua orang
dimanapun termotivasi oleh kebutuhan dasar yang sama.
b. Hierarki Kebutuhan
Konsep hierarki kebutuhan yang
diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan – kebutuhan dilevel rendah harus
terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
dilevel tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Maslow mengungkapkan kebutuhan –
kebutuhan berikut ini berdasarkan prapotensi masing-masing : fisiologis,
keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan akutualisasi diri.
·
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan paling mendasar dari
setiap manusia adalah kebutuhan fisiologis, termasuk didalamnya adalah makanan,
air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh dan lainnya. Kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan yang mempunyai pengaruh paling besar dari semua kebutuhan.
·
Kebutuhan
akan Keamanan
Kebutuhan akan keamanan yang
termasuk didalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan – kekuatan yang mengancam seperti
perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan
bencana alam. Kebutuhan akan keamanan berbeda dengan kebutuhan fisiologis dalam
hal ketidakmungkinan kebutuhan akan keamanan untuk terpenuhi secara berlebihan.
·
Kebutuhan
akan Cinta dan Keberadaan
Setelah seseorang memenuhi kebutuhan
fisiologis dan keamanan, mereka termotivasi oleh kebutuhan akan cinta dan
keberadaan. Seperti keinginan untuk berteman, mempunyai pasangan dan anak,
menjadi bagian dari keluarga. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek
dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk
memberi dan mendapatkan cinta.
Orang yang kebutuhan akan cinta dan
keberadaannya cukup terpenuhi sejak dari masa kecil tidak menjadi panik ketika
cintanya ditolak. Kelompok kedua adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang
yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan, oleh karena itu, mereka
menjadi tidak mampu memberikan cinta. Kategori ketiga adalah orang-orang yang
menerima cinta dan keberadaan hanya dalam jumlah yang sedikit.
·
Kebutuhan
akan Penghargaan
Setelah orang-orang memenuhi
kebutuhan akan cinta dan keberadaan, mereka bebas untuk mengejar kebutuhan akan
penghargaan, yang mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan, dan
pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Reputasi adalah persepsi akan
gengsi, pengakuan atau ketenaran yang dimiliki seseorang, dilihat dari sudut
pandang orang lain.
·
Kebutuhan
akan Aktualisasi Diri
Ketika kebutuhan di level rendah
terpenuhi, orang secara otomatis beranjak ke level berikutnya. Akan tetapi,
setelah kebutuhan akan penghargaan terpenuhi, orang tidak selalu bergerak menuju
level aktualisasi diri. Kebutuhan akan aktualisasi diri muncul jika kebutuhan
akan penghargaan telah terpenuhi. Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup
pemenuhan diri, sadar akan semua potensi diri, dan keinginan untuk menjadi
sekreatif mungkin.
Orang-orang yang mengaktualisasi
diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika mereka dimaki,
ditolak, dan diremehkan oleh orang lain.
c. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika tidaklah bersifat
universal. Akan tetapi, setidaknya beberapa orang disetiap kultur sepertinya
termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan pengalaman yang menyenangkan
secara estetis.
Orang-orang dengan kebutuhan
estetika yang kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur dan ketika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka merasa sakit sama halnya seperti
orang-orang yang tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan konatifnya juga merasa
sakit.
d. Kebutuhan Kognitif
Sebagian besar orang mempunyai
keinginan untuk mengetahui, untuk memecahkan misteri, untuk memahami, dan untuk
menjadi penasaran. Maslow menyebut keinginan-keinginan ini sebagai kebutuhan
kognitif. Ketika, kebutuhan kognitif tidak terpenuhi, semua kebutuhan pada
hierarki terancam tidak bisa terpenuhi karena pengetahuan merupakan kebutuhan
yang sangat penting untuk memenuhi masing-masing dari kelima kebutuhan konatif
tersebut.
Maslow percaya bahwa orang-orang
yang sehat mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih besar, untuk berteori,
untuk membuktikan hipotesis, untuk menyelesaikan misteri, atau untuk mencari
tahu tentang bagaimana suatu hal berfungsi hanya karena mereka penasaran ingin
tahu.
d. Kebutuhan Neurotik
Jika diartikan, maka kebutuhan
neurotik berarti tidak produktif. Kebutuhan-kebutuhan ini memupuk gaya hidup
yang tidak sehat dan tidak adanya keinginan untuk berusaha memperoleh
aktualisasi diri. Kebutuhan neurotik biasanya bersifat reaktif, yaitu kebutuhan
ini berperan sebagai kompensasi atas kebutuhan-kebutuhan dasar yang tidak
terpenuhi
e. Karakter orang-orang yang Mengaktualisasi
Diri
Maslow
membuat daftar lima belas karakteristik sementara yang merupakan ciri-ciri
orang yang mengaktualisasi diri sampai batasan tertentu. Kelima belas
karakteristik tersebut yaitu ;
a. Persepsi
yang lebih efisien dari kenyataan
b.
Penerimaan akan diri, orang lain dan hal-hal alamiah
c.
Spontanitas, kesederhanaan, dan kealamian
d. Berpusat
pada masalah
e. Kebutuhan
akan privasi
f.
Kemandirian
g.
Penghargaan yang selalu baru
h.
Pengalaman Puncak
i.
Gemeinschaftgeful
j. Hubungan
Interpersonal yang kuat
k. Struktur
Karakter Demokratis
l.
Diskriminasi antara cara dan tujuan
m. Rasa
jenaka/humor yang filosofis
n.
Kreativitas
o. Tidak
mengikuti enkulturasi
Contoh Kasus :
Contoh kasus
yang akan diangkat dari teori Abraham Maslow mengenai aktualisasi diri adalah
sebagai berikut :
Tya tergolong anak yang pemalu dan
pendiam. Ketika duduk dibangku SD dia juga bukan tergolong anak yang pintar,
bahkan dapat dikatakan berada dalam level dibawah. Tetapi dengan kesadaran dan
keinginan dirinya untuk membanggakan kedua orang tuanya, walaupun orang tuanya
tidak mempermasalahkan prestasi belajarnya. Tya berusaha untuk selalu
memperhatikan guru saat menerangkan, karena dia menganggap dirinya bukanlah
anak yang gemar membaca buku. Tya juga tidak segan-segan untuk bertanya kepada
temannya yang pintar ketika dia tidak mengerti dan memahami materi pelajaran
pada saat itu. Dari hasil usahanya itu, prestasi Tya sedikit demi sedikit naik.
Akhirnya pada kelas 6 SD, Tya berhasil masuk peringkat 5 besar dikelasnya yang
awalnya ia hanya menjadi urutan terakhir dikelasnya.
C. Carl Rogers
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois sebagai
anak keempat dari enam bersaudara pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers.
a. Teori yang berpusat pada pribadi
Pada tahun-tahun awal, pendekatan
yang dilakukan Rogers dikenal sebagai nondirective, istilah tidak menyenangkan
yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Pendekatan
tersebut memakai beragam istilah antara lain pendekatan “ yang berpusat pada klien”. “yang berpusat pada pribadi”, “yang
berpusat pada siswa“ , “ yang berpusat pada kelompok” dan “person to person”. Kita menggunakan
penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang
lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
b. Asumsi Dasar
Rogers
mengajukan dua asumsi umum yaitu kecenderungan formatif dan kecenderungan
aktualisasi.
·
Kecenderungan
Formatif
Rogers yakin bahwa terdapat
kecenderungan dari setiap hal, baik organik maupun non organik, untuk
berevolusi dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks.
Rogers menyebut proses ini sebagai
kecenderungan formatif dan banyak mengambil contoh-contoh dari alam. Sebagai
contoh, galaksi bintang yang kompleks terbentuk dari massa yang kurang
terorganisasi dengan baik, kristal seperti bunga es muncul dari uap yang tidak
terbentuk, organisme kompleks berkembang dari sebuah sel, dan kesadaran manusia
merupakan evolusi dari ketidaksadaran primitif menjadi kesadaran yang sangat
besar.
·
Kecenderungan
Aktualisasi
Asumsi yang saling berkaitan dan
relevan adalah kecenderungan aktualisasi atau kecenderungan setiap manusia
(selain hewan dan tanaman) untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari
potensi. Kebutuhan untuk memuaskan dorongan lapar, untuk mengekspresikan emosi
mendalam yang mereka rasakan dan untuk menerima diri seseorang adalah contoh
dari satu motif aktualisasi.
Kecenderungan untuk memelihara dan
meningkatkan suatu organisme, termasuk dalam kecenderungan aktualisasi.
Kebutuhan pemeliharaan sama dengan tahapan awal dalam hierarki kebutuhan
Maslow. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dasar seperti makanan, udara dan
keamanan serta meliputi pula kecenderungan untuk menolak perubahan dan mencari
status quo.
Kebutuhan untuk menjadi lebih baik,
untuk berkembang, dan untuk meraih perubahan disebut sebagai peningkatan diri.
Pendirian Rogers adalah bahwa manusia mau untuk menghadapi ancaman dan rasa
sakit karena kecenderungan dasar biologis untuk sebuah organisme memenuhi sifat
alamiahnya yang mendasar.
c. Diri dan Aktualisasi
Aktualisasi diri (self-actualization) merupakan bagian
dari kecenderungan aktulisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu
sendiri.
·
Konsep
Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek
dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut.
Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian dari diri
organismik berada diluar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang
tersebut.
Konsep diri yang sudah terbangun
tidak mungkin tidak membuat perubahan sama sekali, hanya tetap akan terasa
sulit. Perubahan biasanya paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari
orang lain, yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan ancaman
serta untuk mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman yang sebelumnya
ditolak.
·
Diri
Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah
diri ideal, yang didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri
sebagaimana diharapkannya. Diri ideal meliputi sebuah atribut biasanya yang positif,
yang ingin dimiliki seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dan
konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak
sehat.
d. Kesadaran
Rogers mendefinisikan kesadaran
sebagai “representasi simbolik” dari sebuah pengalaman kita. Ia menggunakan
istilah ini secara sinonim dengan simbolisasi dan consciousness.
·
Tingkat
Kesadaran
Pertama, beberapa kejadian dialami
dibawah batas kesadaran dan biasanya diabaikan atau disangkal. Kedua, beberapa
pengalaman akan disimbokisasikan secara akurat dan dimasukkan dengan bebas ke
dalam struktur diri. Pengalaman-pengalaman seperti itu biasanya tidak mengancam
dan konsisten dengan konsep diri yang sudah ada. Tingkat kesadaran yang ketiga
meliputi pengalaman yang terdirtosi. Saat pengalaman kita konsisten dengan
pandangan kita terhadap diri, kita mengubah bentuk atau mendistorsi pengalaman
tersebut supaya dapat diasimilasikan ke dalam konsep diri kita yang sudah ada
e. Hambatan pada Kesehatan
Psikologis
·
Penghargaan
Bersyarat
Kebanyakan
manusia menerima penghargaan bersyarat yaitu mereka memersepsikan bahwa orang
tua, teman sebaya, atau pasangan mereka mencintai dan menerima mereka hanya
apabila mereka dapat memenuhi ekspektasi dan persetujuan dari pihak-pihak
tersebut.
·
Inkongruensi
Organisme
dan diri adalah dua entitas yang dapat kongruen satu sama lain ataupun tidak.
Aktualisasi merujuk kepada kecenderungan organisme untuk bergerak menuju
fulfillment. Kedua kecenderungan ini kadang bertentangan satu dengan yang
lainnya.
a.
Kerentanan
Semakin besar inkongruensi antara
diri yang dirasakan dan pengalaman organismik, kita akan semakin rentan. Rogers
meyakini bahwa manusia menjadi rentan saat tidak menyadari perbedaan antara
diri organismik mereka dengan pengalaman mereka yang signifikan.
b.
Kecemasan dan Ancaman
Kecemasan dan ancaman dirasakan saat
kita mulai mendapatkan kesadaran atas inkongruensi tersebut. Rogers
mendefinisikan kecemasan sebagai kondisi yang tidak menyenangkan atau tekanan
dari sumber yang tidak diketahui.
·
Sikap
Defensif
Sikap defensif adalah perlindungan
atas konsep diri dari kecemasan dan ancaman, dengan penyangkalan atas distorsi
dari pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri.
·
Disorganisasi
Dalam kondisi disorganisasi, manusia
kadang berpeilaku secara konsisten dengan pengalaman organismiknya dan kadang
sesuai dengan konsep diri yang hancur.
Contoh Kasus :
Contoh
kasus berikut adalah aplikasi menurut teori dari Carl Rogers :
Seorang gadis kecil yang memiliki
konsep diri bahwa ia seorang gadis yang baik, sangat dicintai oleh orangtuanya,
dan yang terpesona dengan kereta api kemudian menungkapkan pada orang tuanya
bahwa ia ingin menjadi insinyur mesin dan akhirnya menjadi kepala stasiun
kereta api. Orang tua gadis tersebut sangat tradisional, bahkan tidak
mengijikan ia untuk memilih pekerjaan yang diperutukan laki-laki. Hasilnya
gadis kecil itu mengubah konsep dirinya. Dia memutuskan bahwa dia adalah gadis
yang “tidak baik” karena tidak mau menuruti keinginan orang tuanya. Dia
berfikir bahwa orang tuanya tidak menyukainya atau mungkin dia memutuskan bahwa
dia tidak tertarik pada pekerjaan itu selamanya.
BAB III
KESIMPULAN
1. Erich Fromm
Fromm
pesimis dan optimis. Disatu sisi, ia percaya bahwa sebagian besar manusia tidak
dapat mencapai kesatuan kembali dengan alam dan orang lain, dan hanya sedikit
orang yang mencapai kebebasan positif. Fromm cukup memiliki harapan untuk
pecaya bahwa sebagian orang akan mencapai kesatuan kembali dan oleh karena oleh
karena itu akan menyadari potensi kemanusiaan mereka.
2. Abraham Maslow
Maslow percaya bahwa semua orang
bisa mengaktualisasi diri, ciri-ciri alamiah manusia mempunyai potensi besar
untuk menjadi makhluk hidup yang baik. Jika kita belum mencapai level fungsi
tertinggi ini, hal itu disebabkan karena kita sedang dalam keadaan cedera atau
sakit. Maslow mengusulkan sebuah hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus
secara teratur dipenuhi sebelum kita menjadi manusia yang seutuhnya.
3. Carl Rogers
Rogers berpendapat bahwa manusia
mempunyai beberapa derajat pilihan bebas dan kapasitas untuk mengarahkan diri.
Ia mengakui bahwa sebagian dari perilaku manusia dikontrol, dapat diprediksi,
dan berjalan sesuai dengan hukum atau aturan yang berlaku.
Rogers menempatkan penekanan lebih
pada perbedaan individu dan keunikan dibanding persamaan. Manusia mempunyai
lebih banyak keunikan dan individualitas. Dalam lingkungan yang mendukung,
manusia dapat tumbuh dengan caranya sendiri menuju proses untuk menjadi fungsi
sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sarwono,
Sarlito W. (2010). Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta:Rajawali Pers
2.
Puspitawati,I
dkk .(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi
Umum I. Jakarta : Universitas Gunadarma
3.
Riyanti, Dwi
dkk . (1998). Seri diktat kuliah
Psikologi Umum 2. Depok : Universitas Gunadarma.
4.
Freist, J
& Freist, Gregory. (1998). Theories
of Personality. Amerika : Mc Graw Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar