Jumat, 24 Mei 2013

TUGAS 3 KESEHATAN MENTAL

Nama : Chaerunnisa Utami
NPM 18511135
Kelas : 2PA05



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
            Dalam perjalanan kehidupan, manusia selalu dihadapakan pada berbagai situasi yang harus mereka hadapi. Baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun yang kurang menyenangkan. Pada peristiwa tersebut, tentunya ada peristiwa yang mungkin melekat kuat didalam ingatan seseorang. Biasanya hal ini memberi kesan yang mendalam kepada diri mereka.
            Dari peristiwa – peristiwa tersebut, ada kalanya seorang individu merasakan dampak yang mungkin membuat mereka terus – menerus memikirkan hal itu. Tidak jarang dampak ini memberi pengaruh yang negatif kepada pola pokir serta perilaku individu. Dampak ini yang biasa disebut dengan stress.
            Kita semua tentu pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stres tidak selalu jelek. Stres dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Hidup yang serba tenang juga menjemukan.
            Stres yang timbul pada setiap orang bisa berbeda-beda, walaupun peristiwa yang dialami itu sama. Peristiwa tertentu yang membuat seseorang mengalami stres berat, bisa saja hanya menimbulkan stres ringan pada orang lain. Bahkan dampak stres itu sendiri bisa berbeda pada setiap orang.







1.2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mengenai stres
2.      Untuk mengetahui tipe – tipe stress
3.      Untuk mengetahui dan memahami hal yang bisa menanggulangi stres

1.3 Rumusan Permasalahan
1.      Apa itu stres ?
2.      Apa saja peristiwa yang bisa menimbulkan stres ?
3.      Apa saja yang termasuk kedalam tipe – tipe stres ?
4.      Bagaimana penanggulangan stres ?

1.4 Manfaat
            Penulisan ini bermanfaat memberikan penjelasan mengenai stres, hal-hal atau peristiwa yang bisa menimbulkan stres serta memberikan gambaran bagaimana seharusnya kita bisa menanggulangi stres tersebut.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres
            Dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada juga diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stes dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.
2.2 Karakteristik Peristiwa Stres
            Banyak sekali peristiwa yang dapat menyebabkan stres, antara lain : perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang, seperti : perang, gempa bumi, bom / kecelakaan nuklir, perubahan besar dalam kehidupan seseorang seperti, pindah ketempat baru, pindah pekerjaanm kehilangan kawan, menderita penyakit, percekcokan sehari – hari dan lainnya.
            Sumber stres dapat berbeda beda pada masing – masing individu, dan biasanya tampil dalam bentuk motif atau keinginan yang bertentangan. Berikut ini dikemukakan beberapa peristiwa yang merupakan sumber stres.
a. Peristiwa Traumatik
            Yang dmaksudkan dengan peristiwa traumatik adalah situasi bahaya ekstrim diluar rentang pengalaman manusia yang lazim. Contohnya : bencana alam, seperti gempa bumi. Tsunami, banjir. Bencana alam buatan manusia, seperti perang, bom. Kecelakaan yang mengerikan seperti, tabrakan mobil, jatuhnya pesawat. Penyerangan fisik, seperti pembunuhan, pemerkosaan.
b. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan
            Semakin besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, semakin besar pula kemungkinan stres yang ditimbulkannya. Peristiwa besar yang tidak dapat dikendalikan misalnya, ditinggal mati orang yang dicintai, terserang penyakit serius, dipecat dari jabatan. Sedangkan peristiwa ringan yang tidak dapat dikendalikan misalnya, tidak mendapatkan maaf dari teman, terlambat tiba dalam suatu acara. Salah satu alasan mengapa peristiwa yang tidak dapat dikendalikan itu menyebabkan stres adalah karena orang tidak mampu mengontrol terjadinya peristiwa itu.
·         Peristiwa yang tidak dapat diperkirakan
            Walaupun individu tidak dapat mengendalikan suatu peristiwa stres, tetapi stres biasanya dapat dikurangi apabila indvidu dapat memprediksikan munculnya peristiwa yang menyebabkan stres. Salah satu kemungkinan alasannya adalah karena sinyal peringatan sebelum terjadinya peristiwa yang tidak mengenakkan, memungkinkan individu mulai melakukan sejenis proses persiapan yang berfungsi memperkecil efek stimulus stres.
·         Peristiwa yang melampaui batas – batas kemampuan
            Peristiwa lainnya yang juga merupakan sumber stres adalah peristiwa yang melampaui batas-batas kemampuannya. Contoh : saat menjelang ujian akhir semester, sebagian besar mahasiswa belajar berjam-jam lebih lama dibandingkan disaat lain. Aktivitas fisik dan intelektual yang berat ini dapat menimbulkan stres. Lebih-lebih apabila tingkat kesulitan ujian tersebut melewati batas kemampuan mahasiswa. Mahasiswa akan mengalami stres dan ketakutan akan mendapatkan kegagalan dalam ujian.
·         Konflik Internal
            Empat hal yang telah disebut diatas merupakan sumber stres yang dikategorikan sebagai kondisi ekstrenal. Stres juga dapat muncul dari faktor internal yaitu konflik yang tidak terpecahkan, baik yang disadari maupun tidak disadari. Konflik terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan.
            Menurut Atkinson dkk (1983 : 348, 349), konflik yang paling mendalam dan sulit untuk dipecahkan dalam masyarakat, biasanya terjadi disekitar motif-motif berikut :
1. Kemandirian lawan ketergantungan
2. Keintiman lawan isolasi
3. Kerjasama lawan persaingan
4. Ekspresi impuls dan standar moral
2.3  Tipe – Tipe Stres
            Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam.ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response karena rspon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat tergadap situasi yang mengancam.akan tetapi bila orausal yang tinggi terus-menerus muncul dapat membahayakan kesehatan induvidu.
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:

1.Fase reaksi yang mengejutkan (alarm reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.

2.Fase perlawanan (stage of resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
3.Fase Keletihan ( stage of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah.


Tipe-tipe Stres Psikologis  
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:
1. Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain.
2. Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.
3. Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain. 
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

2.4 Penanggulangan Stres
            Emosi dan rangsangan fisiologis yang ditimbulkan oleh situasi stres, sangat tidak nyaman. Ketidaknyamanan tersebut memotivasi individu untuk melakukan sesuatu guna menghilangkannya. Proses yang ditempuh seseorang untuk menghadapi tuntutan yang menimbulkan stres dinamakan coping (kemampuan mengatasi masalah). Coping memiliki dua bentuk utama .
1. Strategi Terfokus Masalah
            Upaya seseorang untuk memfokuskan perhatian pada masalah atau situasi spesifik yang telah terjadi, sambil mencoba menemukan cara untuk mengubahnya atau menghindarinya.
            Strategi yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah antara lain : menentukan masalahnya, mencari pemecahan alternatif, menimbang-nimbang alternatif, dan memilih salah satunya dan mengimplementasikannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi terfokus masalah dapat mempersingkat waktu dan berlangsungnya depresi.

2. Strategi Terfokus Emosi
            Upaya untuk mencegah emosi negatif menguasai diri seseorang atau mencegah terjadinya masalah yang tidak dapat terkendalikan. Terdapat banyak cara untuk mengatasi emosi negatif. Cara-cara tersebut dibagi menjadi :
a. Strategi Perilaku, misalnya latihan fisik untuk beralih dari masalah. Ada yang menggunakan alkohol atau yang lainnya, atau mencari dukungan emosional dari kawan.
b. Strategi Kognitif, dilakukan antara lain dengan menyingkirkan untuk sementara pikiran tentang masalah tersebut, misalnya memutuskan untuk tidak menguatirkan masalah tersebut. Bisa juga dengan mengubah makna situasi.

Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:

1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.


2. Kompensasi 
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.


3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya. 

6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.

7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.

9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”

10.  Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
     
      11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
   
      12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
      
      13.  Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah. 

14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.





ARTIKEL TENTANG PENGALAMAN STRESS

Pengalaman Stres Positif
            Ini pengalaman stres yang pernah saya alami. Mungkin pengalaman yang pertama ini saya katakan sebagai stres positif yang pernah saya alami. Karena pada stres ini saya bisa mengantisipasi kondisi saya. Berikut adalah cerita mengenai pengalaman saya.
            Tahun 2010 adalah tahun dimana saya lulus dari bangku SMA, segala persiapan sudah saya persiapkan hendak kemana setelah lulus SMA ini. Pertama saya terpilih untuk mengikuti seleksi PMDK disalah satu universitas negri. Saya terpilih bersama 19 orang teman lainnya melalui proses seleksi nilai rapot. Setelah diseleksi saya terpilih untuk dikirimkan dalam PMDK itu. Waktu itu saya memilih jurusan Agronomi dan Hortikultura dan MIPA Biologi. Saat itu nilai saya bersaing dengan seluruh siswa diseluruh Indonesia. Pada saat pengumuman diumumkan ternyata saya tidak lulus dalam seleksi itu. Itu kata gagal pertama yang saya dapatkan. Setelah pengumuman kelulusan saya mulai menyiapkan seleksi masuk perguruan tinggi negri. Saya mengikuti SNMPTN pada waktu itu dan mengikuti seleksi ikatan dinas yaitu STAN. Keduanya saya ikuti dengan harapan saya akan lolos. Namun saat pengumuman kembalai lagi saya mendapat hasil “Maaf Anda Tidak Lulus”. Saya merasa saat itu benar-benar sedih dan tidak tahu hendak kemana. Karena saya sendiri tidak mempersiapkan universitas swasta, sedangkan waktu semakin sempit dan pada akhirnya universitas swasta pun tutup dan saya masih bingung dan akhirnya saya tidak kuliah. 1 tahun saya benar-benar merasa bingung, saya memikirkan mau jadi apa saya kalau hanya diam seperti ini. Banyak tawaran kerja yang menghampiri tetapi semua saya tolak karena saat itu saya benar-benar merasa saya belum mau untuk kerja. 1 tahun menganggur dan tidak ada kerjaan, saya masih memikirkan kenapa dan apa yang menyebabkan saya tidak lolos dalam segala seleksi. Sedih dan bingung pada saat itu. Tetapi saya tidak mau seperti ini terus, meratapi sedih dan tidak berbuat apa-apa. Akhirnya pada saat itu saya mendapat tawaran untuk mengajar les privat anak SD, saya ambil tawaran itu dan ternyata saya cukup menikmati mengajar anak-anak.
            Tahun berikutnya saya memutuskan untuk mengikuti lagi tes seleksi masuk perguruan tinggi negri. Saya mengambil SNMPTN dan Ujian Mandiri disalah satu universitas saat itu. Saya kembali mengikuti tes seleksi. Pada saat pengumuman kembali dan kembali lagi saya dinyatakan tidak lulus. Sedih pada saat itu tetapi saya berfikir untuk tidak terus-terusan sedih, saya hanya berfikir mungkin itu bukan jalan saya. Ada tempat yang terbaik untuk diri saya menuntut ilmu. Akhirnya saya memutuskan untuk masuk perguruan tinggi swasta, saya memilih Universitas Gunadarma untuk jenjang pendidikan tinggi saya. Mungkin disini jalan saya dan saya akan bersungguh-sungguh untuk bisa jadi yang terbaik.
            Inilah sekilas kisah pengalaman stres positif saya.

Pengalaman Stress Negative
            Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya stres. Biasanya stres yang dialami lebih banyak stres yang negatif. Saya juga pernah mengalami stres negatif.
            Stres yang saya alami ini mungkin stres yang kebanyakan anak usia remaja alami. Iya faktor masalah putus cinta. Hal biasa mungkin sebenarnya tetapi entah kenapa remaja pasti mendalami kondisi perasaannya saat patah hati itu.
            Tidak jauh berbeda dengan saya, saya pertama kali menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah ketika kelas 2 SMA. Sebelum-sebelumnya saya merasa belum saatnya pacaran tetapi dikelas 2 SMA itu saya mulai berani untuk menjalin hubungan dengan pria. Masa-masa awal pacaran tentu bahagianya luar biasa, untuk anak remaja usia saat itu rasanya selalu merasakan jatuh cinta. Mungkin sedikit berlebihan tetapi memang faktanya seperti itu. Kami berpacaran lancar dan menyenangkan, walaupun ada konflik tetapi itu jarang terjadi. orang tua kami juga sudah mengetahui hubungan kami ini, sehingga semakin nyaman rasanya. Menginjak kelas 3 kami mulai difokuskan dengan pemantapan untuk menghadapi UN. Saat itu masih baik-baik saja, tetapi mulai pengumuman kelulusan komunikasi jadi sedikit terganggu karena kita sama-sama fokus untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Pada saat itu pacar saya lulus disalah satu universitas negri tepatnya dia Yogyakarta, dia memutuskan untuk kuliah disana. Ada sedikit rasa khawatir didalam pikiran saya, ini artinya saya akan menjalin hubungan jarak jauh. Saya membicarakan hal itu dengan pacar saya, kita sepakat untuk LDR. Sebulan, dua bulan masih lancar masuk-masuk bulan selanjutnya hubungan kami mulai goyah dan pada akhirnya kami memutuskan untuk menyelesaikan hubungan.
            Saat itu saya hanya bisa menangis dan menangis mungkin karena itu pertama kalinya saya patah hati. Saya hanya mengurung diri dikamar, nangis dan nafsu makan pun berkurang. Agak berlebihan mungkin dilihatnya tetapi mungkin itu yang terjadi pada masa-masa labil usia remaja yang saya alami juga saat itu. Saya seperti enggan melakukan apapun hanya ingin tiduran sambil menangis bahkan saat itu sampai sakit seminggu saya memikirkan masalah patah hati ini.
            Tetapi lambat laun semakin bertambah dewasa saya semakin mengerti dan paham bagaimana saya harus mempersiapkan kondisi saya dalam segala masalah apapun sehingga saya bisa dan sudah siap dengan masalah yang mungkin akan timbul. Inilah salah satu pengalaman stres negatif yang pernah saya alami.















BAB III
KESIMPULAN

            Dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada juga diungkapkan dalam Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stes dinamakan stresor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau secara singkat disebut stres.
            Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress.
1. Represi
2. Rasionalisasi
3. Pembentukan Reaksi
4. Proyeksi
5. Penyangkalan
6. Intelektualisasi
7. Pengalihan




DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
2. Halgin, R & Whitbourne, S, K. 2009. Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba Humanika
           

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar